http://soeloeh-indonesia.blogspot.com/2013/01/universitas-airlangga-temukan-vaksin.html AIRC Unair Temukan Vaksin Flu Burung Pemerintah Kurang Cepat Merespon SURABAYA – MMA Tim penanganan Flu Burung Riset Center atau Asian Influenza Research Center (AIRC) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, berhasil menemukan vaksin untuk mengatasi penyebaran flu burung pada manusia. Namun pemerintah terkesan lamban, sehingga hasil temuan tersebut belum dikembangkan untuk penanganan warga yang terserang flu burung. "Sudah selesai kok, tapi belum dikembangkan oleh pemerintah. Saya tidak tahu alasan pemerintah belum mengembangkannya. Padahal jika vaksin itu diteruskan (red : dikembangkan), sangat membantu untuk menanggulangi penyebaran flu burung ke manusia," tandas Dr C A Nidhom, Ketua AIRC Unair Surabaya, pada Media Mahasiswa Airlangga (kamis 17/1/2013) Dijelaskan, secara strategis, vaksin yang ditemukan tersebut sengaja diperuntukkan untuk manusia dengan alasan ekonomis. Karena jika membuat vaksin untuk unggas, biayanya akan semakin besar lantaran jumlah unggas di Indonesia berlipat-lipat dibanding jumlah penduduk. Selain itu penyebaran unggas juga merata di seluruh daratan di Indonesia. "Warganya yang divaksin. Sehingga kebal terhadap penyebaran flu burung dan tidak takut lagi serta bebas pergi ke manapun," imbuh Dr C A Nidhom. FLU Burung Varian Baru Terkait penyebaran flu burung yang terjadi sekitar dua minggu terakhir, dari hasil penelitian AIRC Unair Surabaya, menunjukkan flu burung tersebut adalah jenis varian baru. Bahkan AIRC Unair menduga, varian flu burung tersebut sengaja dimasukkan ke Indonesia oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan ekonomi. "Hasil penelitian tim Unair di Blitar, Lamongan dan sejumlah daerah lainnya di Jawa Tengah menunjukkan virus yang beredar sekarang adalah varian baru. Tapi setidaknya jika vaksin hasil temuan tim Unair dikembangkan oleh pemerintah, paling tidak dapat untuk mengatasi sementara waktu atau bahkan justru bekerja sempurna," tegas Dr C A Nidhom. Lebih detil Dr C A Nidhom menjelaskan tentang keberadaan flu burung (H5N1), yang di dunia ini terdiri dari 9 varian. Dan sejak munculnya flu burung pada 2003 lalu, varian yang masuk ke Indonesia adalah varian nomor 2. Di Indonesia sendiri, dari varian 2 tersebut, terdapat lagi varian 2.1 yang penyebarannya terjadi pada 2003. Kemudian berlanjut menjadi sub varian 2.1.1 yang menyerang ayam. Namun pada 2005, varian 2 subnya bertambah lagi menjadi sub varian 2.1.2 yang menyerang unggas, babi, kucing dan lainnya. Selanjutnya berkembang dengan sub varian 2.1.3 yang menyerang semuanya, termasuk manusia. "Untuk virus yang menyebar saat ini, bukan berasal dari Indonesia. Varian masuk dalam 2.3.2 dan asalnya dari China Barat dan Timur. Makanya kami menduga jika varian virus yang menyebar saat ini sengaja dimasukkan dari luar negeri ke Indonesia dengan alasan ekonomi," ujar Dr CA Nidhom. Menurut Nidhom, varian virus yang dimasukkan orang dari luar negeri tersebut sebenarnya untuk ayam, tapi bocor dan yang terserang justru bebek. Sehingga tidak dampak ekonominya tidak terlalu parah. Selain itu juga disampaikan proses penyebaran flu burung yang terjadi akhir-akhir ini. Kemungkinan pertama karena terjadinya migrasi burung secara besar-besaran. Kedua karena kesengajaan import daging dari luar negeri dan lebih parah lagi, jika virusnya yang memang sengaja dimasukkan. "Kekhawatiran kami saat ini justru virus yang menyerang bebek saat ini justru meloncat menyerang ayam. Padahal secara ekonomis, kebutuhan masyarakat terhadap ayam, jauh lebih besar dari pada bebek," urai Nidhom. Karena khawatir terjadi lompatan virus dari yang menyerang bebek dan berpindah menyerang ayam tersebut, Tim AIRC Unair Surabaya, menghimbau masyarakat terutama peternak bebek mengambil langkah yang diperlukan. Langkah pertama, bebek jangan diberi air dari aliran sungai atau drainase lainnya. Karena kemungkinan penyebaran terbesar virus flu burung yang berkembang saat ini berasal dari drainase air tersebut. Masyarakat dan peternak dihimbau untuk memberikan minum ke bebek dengan menggunakan air sumur yang disemprot dengan disinfektan. Bahkan disarankan ari minum untuk bebek yang sudah diberi disinfektan tersebut, dicampur atau ditambah dengan air rebusan daun sirih. "Dari penelitian kami di sejumlah daerah, air minum untuk bebek yang ditambah beberapa tetes rebusan daun sirih, membuat daya tahan tubuh bebek lebih kuat. Karena daun sirih tersebut dapat membersihkan pencernaan bebek," urai Nidhom. Note: bagi masyarakat yang peduli pada masalah sekitar flu burung bisa menghubungi Dr. CA Nidhom, HP: 0811372683 NB: Yang mengherankan, beberapa wartawan media massa besar nasional, pernah mewawancarai yang bersangkutan mengenai adanya kemungkinan kesengajaan virus flu burung ini sengaja disebarkan dari luar negeri serta bisa menular pada manusia secara lebih luas. dan meski sekarang sudah ditemukan vaksinnya. Tapi setelah itu kabarnya lenyap bagai ditelan bumi dan tidak ada berita untuk hal ini. Apakah ada kemungkinan adanya kekuasaan besar yang bermain, sehingga kesehatan masyarakat RI dikorbankan? --------------------------------------------------------------------------------------- Flu Burung Pada Bebek Diduga Targetkan Cemari Air SURABAYA - MMA Flu burung yang menyerang itik atau bebek yang terjadi di Indonesia saat ini, diduga hanya sebagai sasaran antara saja dan justru target yang sebenarnya adalah air. Mauknya virus flu burung ke air dan menyebar ke berbagai mahluk hidup inilah yang membuat kalangan peneliti di Asian Influnza Research Center (AIRC) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, khawatir. "Flu burung yang menyerang bebek saat ini jauh lebih mengerikan dari pada yang menyerang ayam. Karena ayam yang terserang, virusnya mencemari udara saja dan ditutupi masker sudah hilang. Tapi kalau menyerang bebek, sama saja mencemari air," tandas Dr Chaerul A Nidhom, Ketua AIRC Unair Surabaya, kepada Media Mahasiswa Airlangga, Kamis (17/1/2013). Menurut pakar flu burung ini, dugaan jika target yang diserang adalah pencemaran air, karena sifat dari bebek yang hidupnya senang berenang di air. Apalagi kondisi peternak bebek di Indonesia, masih mengandalkan model konvensional dengan cara diangon atau diarak pemiliknya ke sawah dan sungai-sungai. Bebek yang diangon atau diarak tersebut, peternak dapat memenuhi pakan dan bebek dapat berenang secara bebas hingga tidak mengalami stres. Sehingga dengan diangon, tingkat produktifitas telur yang dihasilkan bebek, mengalami peningkatan yang besar. "Virus flu burung kali ini sengaja disebarkan untuk mencemari air, karena angon bebek adalah satu-satunya yang masih asli gaya ternak masyarakat Indonesia. Yang menyebarkan virus sudah mengetahuinya dan inilah yang mulai trend disebut bio-teroris. Inilah yang mengkhawatirkan kami para peneliti, karena jika menyerang air apalagi saat ini berbarengan dengan musim hujan dan banyak bencana banjir, resikonya sangat mengerikan untuk masyarakat," terang Dr Nidhom yang mengaku awal-awal kuliahnya dibiayai dari ternak bebek milik ibunya ini. Selain itu secara ekonomis, total populasi bebek di Indonesia yang jumlahnya 15 juta hingga 20 juta ekor, total rupiahnya sebesar Rp 150 miliar. Besaran nominal yang mencapai Rp 150 miliar tersebut, dalam perhitungan secara ekonomis, tidak sebesar jika virus menyerang ayam. Sesuai karakter virus yang menyerang hewan, setelah keluar akan ada jarak dengan hewan yang sama. namun dari analisis serta pengambilan contoh di lapangan yang dilakukan tim AIRC Unair Surabaya, diketahui tingkat kesamaan virus yang menyereng bebek di Blitar dan Lamongan, jaraknya tidak terpaut jauh dengan virus flu burung yang menyerang bebek di Vietnam dan China. Tapi anehnya, flu burung yang menyerang bebek di Hongkong, justru berbeda jauh dengan flu burung yang menyerang bebek di China. Dengan penyebaran virus flu burung yang menyerang bebek di Indonesia saat ini, tim AIRC Unair Surabaya, memperkirakan jumlah bebek yang mati sekitar 1 juta ekor. Angka perkiraan AIRC ini lebih besar dari pada angka yang dikeluarkan pemerintah, yakni sebanyak 500.000 ekor bebek yang mati akibat serangan flu burung. "Perkiraan kami dua kali lebih besar dari pada pemerintah, karena saat ini petugas penanganan flu burung sudah tidak mendapatkan insentif lagi. Selain itu, banyak peternak yang tidak melaporkan kematian bebeknya ke pemerintah, sebab peternak tidak mendapatkan pengganti. Makanya pemerintah harus segera turun tangan untuk mengatasi flu burung ini agar peternak bebek tetap ada," pungkas Dr Nidhom. |
Jumat, 18 Januari 2013
Universitas Airlangga Temukan Vaksin Flu Burung, Pemerintah Kurang Cepat Merespon
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar