Selasa, 31 Januari 2012

[jurnal_hukum] Dana DAK Pendidikan Kabupaten Malang, Dari 123 Milyar Yang Dikorupsi 70 Milyar

 

http://www.gerbangnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=568:rp-70-miliar-dak-pendidikan-diduga-menguap&catid=48:malangnesia&Itemid=136

Rp 70 Miliar DAK Pendidikan Diduga Menguap

MALANG |
Dugaan kebocoran Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan di Kabupaten Malang sangat tinggi hingga mencapai 50% lebih sesuai temuan Komisi D di lapangan.
Dugaan ini berdasarkan beberapa kali hasil sidak para anggota Komisi D ke berbagai sekolah penerima DAK Pendidikan.

Bahkan, ketentuan banyak yang dilanggar oleh rekanan yang mengerjakan proyek tersebut.

"Kondisi di lapangan pengerjaan proyek yang didanai oleh DAK Pendidikan sangat buruk sekali. Ini berdasarkan pengamatan kita, sangat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti bestek. Kita simpulkan, terjadi tingkat kebocoran hingga mencapai 50% lebih dari total dana DAK," ujar Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Unggul Nugroho.

Dana DAK sendiri gabungan dua tahun anggaran 2010 dan 2011 mencapai Rp123 Miliar. Anggaran ini ditambah lagi dana sharing 10% berasal dari APBD Kabupaten Malang. Sehingga, total dana di lapangan untuk berbagai proyek mulai rehab ruang kelas, pengadaan computer, serta pengadaan buku dan alat pembelajaran mencapai Rp123 Miliar ditambah 10% dari dana tersebut.

Bila ditotal, kuat dugaan dana yang bocor atau menguap bisa mencapai Rp70 Miliar lebih. Dugaan Komisi D DPRD Kabupaten Malang berdasarkan kondisi hasil pengadaan di lapangan yang dilihat dan ditinjau ke berbagai sekolah penerima di 33 kecamatan di Kabupaten Malang.

Sekretaris Komisi D ini mencontohkan, pihaknya menemukan biaya rehab ruang kelas dianggarkan Rp 55 juta, padahal bila dilihat fisik hasil pengerjaan rekanan paling banter menghabiskan biaya hanya Rp 25 juta saja. Untuk pengadaan buku dianggarkan Rp 45.500.000 per paket, bila dilihat faktanya paling banter hanya menghabiskan Rp10 juta saja.

Tidak berhenti di situ saja, untuk pengadaan computer dan beberapa alat pembelajaran dianggarkan Rp31 juta. "Tapi missal untul pengadaan CD pembelajaran, tertulis biayanya mencapai Rp15 juta per 7 keping CD pembelajaran, kita lihat dan cek harga sesungguhnya di internet hanya Rp 70.000 saja per keping CD. Antara anggaran tertulis dengan yang sesungguhnya sangat jauh. Ini sangat buruk," ungkap politisi Partai Gerindra ini.

Pihaknya berharap, pihak aparat penegak hukum melakukan penyelidikan terkait persoalan ini. Pasalnya, dugaan tingkat kebocoran dana untuk membangun dunia pendidikan tersebut sangat tinggi. Sehingga, bila kebocoran sangat tinggi maka percuma bidang pendidikan mendapatkan dana sangat besar dari APBN.

Sementara itu, senada dengan Unggul, Wakil Ketua Komisi D, Achmad Andi menyatakan, secara kasat mata proyek fisik di berbagai sekolah tidak sesuai ketentuan. Bahkan, kondisinya sangat parah sehingga perlu dilakukan audit fisik untuk memastikan berapa tingkat kebocoran yang terjadi.

"Dari berbagai sidak saya bersama anggota Komisi D yang lain, dari 10 sekolah yang kita datangi, paling banyak yang kondisinya cukup bagus dan sesuai hanya 2 sekolah saja. Yang lainnya tidak sesuai ketentuan bestek yang telah ditentukan," tegasnya.

Pihaknya akan memanggil pihak Kepala Dindik Kabupaten Malang, Suwandi, untuk meminta klarifikasi persoalan ini. Bahkan, pihaknya akan meminta Dindik melakukan audit fisik semua proyek yang dibiayai oleh DAK Pendidikan.

Kepala Dindik sendiri, dimintakan klarifikasi terkait persoalan ini tidak merespon melalui ponselnya. Bahkan, dikirim pesan pendek juga tidak ada tanggapan dari Suwandi. Penanggung jawab penggunaan DAK Pendidikan tersebut lebih memilih diam dari pada merespon hasil sidak Komisi D yang menemukan dugaan dana pendidikan menguap sangat besar sekali.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

[jarak-indonesia] Dana DAK Pendidikan Kabupaten Malang, Dari 123 Milyar Yang Dikorupsi 70 Milyar

 

http://www.gerbangnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=568:rp-70-miliar-dak-pendidikan-diduga-menguap&catid=48:malangnesia&Itemid=136

Rp 70 Miliar DAK Pendidikan Diduga Menguap

MALANG |
Dugaan kebocoran Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan di Kabupaten Malang sangat tinggi hingga mencapai 50% lebih sesuai temuan Komisi D di lapangan.
Dugaan ini berdasarkan beberapa kali hasil sidak para anggota Komisi D ke berbagai sekolah penerima DAK Pendidikan.

Bahkan, ketentuan banyak yang dilanggar oleh rekanan yang mengerjakan proyek tersebut.

"Kondisi di lapangan pengerjaan proyek yang didanai oleh DAK Pendidikan sangat buruk sekali. Ini berdasarkan pengamatan kita, sangat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti bestek. Kita simpulkan, terjadi tingkat kebocoran hingga mencapai 50% lebih dari total dana DAK," ujar Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Unggul Nugroho.

Dana DAK sendiri gabungan dua tahun anggaran 2010 dan 2011 mencapai Rp123 Miliar. Anggaran ini ditambah lagi dana sharing 10% berasal dari APBD Kabupaten Malang. Sehingga, total dana di lapangan untuk berbagai proyek mulai rehab ruang kelas, pengadaan computer, serta pengadaan buku dan alat pembelajaran mencapai Rp123 Miliar ditambah 10% dari dana tersebut.

Bila ditotal, kuat dugaan dana yang bocor atau menguap bisa mencapai Rp70 Miliar lebih. Dugaan Komisi D DPRD Kabupaten Malang berdasarkan kondisi hasil pengadaan di lapangan yang dilihat dan ditinjau ke berbagai sekolah penerima di 33 kecamatan di Kabupaten Malang.

Sekretaris Komisi D ini mencontohkan, pihaknya menemukan biaya rehab ruang kelas dianggarkan Rp 55 juta, padahal bila dilihat fisik hasil pengerjaan rekanan paling banter menghabiskan biaya hanya Rp 25 juta saja. Untuk pengadaan buku dianggarkan Rp 45.500.000 per paket, bila dilihat faktanya paling banter hanya menghabiskan Rp10 juta saja.

Tidak berhenti di situ saja, untuk pengadaan computer dan beberapa alat pembelajaran dianggarkan Rp31 juta. "Tapi missal untul pengadaan CD pembelajaran, tertulis biayanya mencapai Rp15 juta per 7 keping CD pembelajaran, kita lihat dan cek harga sesungguhnya di internet hanya Rp 70.000 saja per keping CD. Antara anggaran tertulis dengan yang sesungguhnya sangat jauh. Ini sangat buruk," ungkap politisi Partai Gerindra ini.

Pihaknya berharap, pihak aparat penegak hukum melakukan penyelidikan terkait persoalan ini. Pasalnya, dugaan tingkat kebocoran dana untuk membangun dunia pendidikan tersebut sangat tinggi. Sehingga, bila kebocoran sangat tinggi maka percuma bidang pendidikan mendapatkan dana sangat besar dari APBN.

Sementara itu, senada dengan Unggul, Wakil Ketua Komisi D, Achmad Andi menyatakan, secara kasat mata proyek fisik di berbagai sekolah tidak sesuai ketentuan. Bahkan, kondisinya sangat parah sehingga perlu dilakukan audit fisik untuk memastikan berapa tingkat kebocoran yang terjadi.

"Dari berbagai sidak saya bersama anggota Komisi D yang lain, dari 10 sekolah yang kita datangi, paling banyak yang kondisinya cukup bagus dan sesuai hanya 2 sekolah saja. Yang lainnya tidak sesuai ketentuan bestek yang telah ditentukan," tegasnya.

Pihaknya akan memanggil pihak Kepala Dindik Kabupaten Malang, Suwandi, untuk meminta klarifikasi persoalan ini. Bahkan, pihaknya akan meminta Dindik melakukan audit fisik semua proyek yang dibiayai oleh DAK Pendidikan.

Kepala Dindik sendiri, dimintakan klarifikasi terkait persoalan ini tidak merespon melalui ponselnya. Bahkan, dikirim pesan pendek juga tidak ada tanggapan dari Suwandi. Penanggung jawab penggunaan DAK Pendidikan tersebut lebih memilih diam dari pada merespon hasil sidak Komisi D yang menemukan dugaan dana pendidikan menguap sangat besar sekali.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

[indonesia_bangkit] Dana DAK Pendidikan Kabupaten Malang, Dari 123 Milyar Yang Dikorupsi 70 Milyar

 

http://www.gerbangnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=568:rp-70-miliar-dak-pendidikan-diduga-menguap&catid=48:malangnesia&Itemid=136

Rp 70 Miliar DAK Pendidikan Diduga Menguap

MALANG |
Dugaan kebocoran Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan di Kabupaten Malang sangat tinggi hingga mencapai 50% lebih sesuai temuan Komisi D di lapangan.
Dugaan ini berdasarkan beberapa kali hasil sidak para anggota Komisi D ke berbagai sekolah penerima DAK Pendidikan.

Bahkan, ketentuan banyak yang dilanggar oleh rekanan yang mengerjakan proyek tersebut.

"Kondisi di lapangan pengerjaan proyek yang didanai oleh DAK Pendidikan sangat buruk sekali. Ini berdasarkan pengamatan kita, sangat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti bestek. Kita simpulkan, terjadi tingkat kebocoran hingga mencapai 50% lebih dari total dana DAK," ujar Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Unggul Nugroho.

Dana DAK sendiri gabungan dua tahun anggaran 2010 dan 2011 mencapai Rp123 Miliar. Anggaran ini ditambah lagi dana sharing 10% berasal dari APBD Kabupaten Malang. Sehingga, total dana di lapangan untuk berbagai proyek mulai rehab ruang kelas, pengadaan computer, serta pengadaan buku dan alat pembelajaran mencapai Rp123 Miliar ditambah 10% dari dana tersebut.

Bila ditotal, kuat dugaan dana yang bocor atau menguap bisa mencapai Rp70 Miliar lebih. Dugaan Komisi D DPRD Kabupaten Malang berdasarkan kondisi hasil pengadaan di lapangan yang dilihat dan ditinjau ke berbagai sekolah penerima di 33 kecamatan di Kabupaten Malang.

Sekretaris Komisi D ini mencontohkan, pihaknya menemukan biaya rehab ruang kelas dianggarkan Rp 55 juta, padahal bila dilihat fisik hasil pengerjaan rekanan paling banter menghabiskan biaya hanya Rp 25 juta saja. Untuk pengadaan buku dianggarkan Rp 45.500.000 per paket, bila dilihat faktanya paling banter hanya menghabiskan Rp10 juta saja.

Tidak berhenti di situ saja, untuk pengadaan computer dan beberapa alat pembelajaran dianggarkan Rp31 juta. "Tapi missal untul pengadaan CD pembelajaran, tertulis biayanya mencapai Rp15 juta per 7 keping CD pembelajaran, kita lihat dan cek harga sesungguhnya di internet hanya Rp 70.000 saja per keping CD. Antara anggaran tertulis dengan yang sesungguhnya sangat jauh. Ini sangat buruk," ungkap politisi Partai Gerindra ini.

Pihaknya berharap, pihak aparat penegak hukum melakukan penyelidikan terkait persoalan ini. Pasalnya, dugaan tingkat kebocoran dana untuk membangun dunia pendidikan tersebut sangat tinggi. Sehingga, bila kebocoran sangat tinggi maka percuma bidang pendidikan mendapatkan dana sangat besar dari APBN.

Sementara itu, senada dengan Unggul, Wakil Ketua Komisi D, Achmad Andi menyatakan, secara kasat mata proyek fisik di berbagai sekolah tidak sesuai ketentuan. Bahkan, kondisinya sangat parah sehingga perlu dilakukan audit fisik untuk memastikan berapa tingkat kebocoran yang terjadi.

"Dari berbagai sidak saya bersama anggota Komisi D yang lain, dari 10 sekolah yang kita datangi, paling banyak yang kondisinya cukup bagus dan sesuai hanya 2 sekolah saja. Yang lainnya tidak sesuai ketentuan bestek yang telah ditentukan," tegasnya.

Pihaknya akan memanggil pihak Kepala Dindik Kabupaten Malang, Suwandi, untuk meminta klarifikasi persoalan ini. Bahkan, pihaknya akan meminta Dindik melakukan audit fisik semua proyek yang dibiayai oleh DAK Pendidikan.

Kepala Dindik sendiri, dimintakan klarifikasi terkait persoalan ini tidak merespon melalui ponselnya. Bahkan, dikirim pesan pendek juga tidak ada tanggapan dari Suwandi. Penanggung jawab penggunaan DAK Pendidikan tersebut lebih memilih diam dari pada merespon hasil sidak Komisi D yang menemukan dugaan dana pendidikan menguap sangat besar sekali.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

[berita_nusantara] Dana DAK Pendidikan Kabupaten Malang, Dari 123 Milyar Yang Dikorupsi 70 Milyar

 

http://www.gerbangnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=568:rp-70-miliar-dak-pendidikan-diduga-menguap&catid=48:malangnesia&Itemid=136

Rp 70 Miliar DAK Pendidikan Diduga Menguap

MALANG |
Dugaan kebocoran Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan di Kabupaten Malang sangat tinggi hingga mencapai 50% lebih sesuai temuan Komisi D di lapangan.
Dugaan ini berdasarkan beberapa kali hasil sidak para anggota Komisi D ke berbagai sekolah penerima DAK Pendidikan.

Bahkan, ketentuan banyak yang dilanggar oleh rekanan yang mengerjakan proyek tersebut.

"Kondisi di lapangan pengerjaan proyek yang didanai oleh DAK Pendidikan sangat buruk sekali. Ini berdasarkan pengamatan kita, sangat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti bestek. Kita simpulkan, terjadi tingkat kebocoran hingga mencapai 50% lebih dari total dana DAK," ujar Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Unggul Nugroho.

Dana DAK sendiri gabungan dua tahun anggaran 2010 dan 2011 mencapai Rp123 Miliar. Anggaran ini ditambah lagi dana sharing 10% berasal dari APBD Kabupaten Malang. Sehingga, total dana di lapangan untuk berbagai proyek mulai rehab ruang kelas, pengadaan computer, serta pengadaan buku dan alat pembelajaran mencapai Rp123 Miliar ditambah 10% dari dana tersebut.

Bila ditotal, kuat dugaan dana yang bocor atau menguap bisa mencapai Rp70 Miliar lebih. Dugaan Komisi D DPRD Kabupaten Malang berdasarkan kondisi hasil pengadaan di lapangan yang dilihat dan ditinjau ke berbagai sekolah penerima di 33 kecamatan di Kabupaten Malang.

Sekretaris Komisi D ini mencontohkan, pihaknya menemukan biaya rehab ruang kelas dianggarkan Rp 55 juta, padahal bila dilihat fisik hasil pengerjaan rekanan paling banter menghabiskan biaya hanya Rp 25 juta saja. Untuk pengadaan buku dianggarkan Rp 45.500.000 per paket, bila dilihat faktanya paling banter hanya menghabiskan Rp10 juta saja.

Tidak berhenti di situ saja, untuk pengadaan computer dan beberapa alat pembelajaran dianggarkan Rp31 juta. "Tapi missal untul pengadaan CD pembelajaran, tertulis biayanya mencapai Rp15 juta per 7 keping CD pembelajaran, kita lihat dan cek harga sesungguhnya di internet hanya Rp 70.000 saja per keping CD. Antara anggaran tertulis dengan yang sesungguhnya sangat jauh. Ini sangat buruk," ungkap politisi Partai Gerindra ini.

Pihaknya berharap, pihak aparat penegak hukum melakukan penyelidikan terkait persoalan ini. Pasalnya, dugaan tingkat kebocoran dana untuk membangun dunia pendidikan tersebut sangat tinggi. Sehingga, bila kebocoran sangat tinggi maka percuma bidang pendidikan mendapatkan dana sangat besar dari APBN.

Sementara itu, senada dengan Unggul, Wakil Ketua Komisi D, Achmad Andi menyatakan, secara kasat mata proyek fisik di berbagai sekolah tidak sesuai ketentuan. Bahkan, kondisinya sangat parah sehingga perlu dilakukan audit fisik untuk memastikan berapa tingkat kebocoran yang terjadi.

"Dari berbagai sidak saya bersama anggota Komisi D yang lain, dari 10 sekolah yang kita datangi, paling banyak yang kondisinya cukup bagus dan sesuai hanya 2 sekolah saja. Yang lainnya tidak sesuai ketentuan bestek yang telah ditentukan," tegasnya.

Pihaknya akan memanggil pihak Kepala Dindik Kabupaten Malang, Suwandi, untuk meminta klarifikasi persoalan ini. Bahkan, pihaknya akan meminta Dindik melakukan audit fisik semua proyek yang dibiayai oleh DAK Pendidikan.

Kepala Dindik sendiri, dimintakan klarifikasi terkait persoalan ini tidak merespon melalui ponselnya. Bahkan, dikirim pesan pendek juga tidak ada tanggapan dari Suwandi. Penanggung jawab penggunaan DAK Pendidikan tersebut lebih memilih diam dari pada merespon hasil sidak Komisi D yang menemukan dugaan dana pendidikan menguap sangat besar sekali.


__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

[Media_Nusantara] Re: Nekat: Analisa Kasus Dugaan Korupsi & Pelanggaran Hukum DAK Pendidikan Lumajang

 

Pak komite, yang bertugas mengumpulkan bukti itu adalah aparat hukum, karena mereka yang berwenang.
Kalau aparat hanya nunggu bahwa rakyat yang lapor korupsi harus menggali bukti, seperti minta dokumen2 ke pejabat, apa akan dikasi?
atau rakyat harus menyiapkan bukti2 sampai lengkap dan keterangan2, lalu aparat hukum tinggal menunggu hasil yang sudah jadi (hasil kerja rakyat) lalu aparat hukum tinggal mengajukan saja kesidang pengadilan???
Wah bisa anarkis negeri ini....

====================================
Dari: Komite Peduli Pendidikan
Tanggal: Sabtu, 26 November, 2011, 9:07 PM

Bukannya membela, tapi aparat hukum baru akan bertindak jika ada bukti
Untuk itu mereka yang berpikir ada korupsi disuatu tempat, harus mencarikan dulu bukti2 otentik, baik berupa dokumen sampai lengkap dan siap diajukan ke pengadilandsb
Aparat hukum itu sibuk.. jangan mau terpancing untuk mencari dan mengumpulkan bukti, apalagi analisa hukum belum tentu pas jika diterapkan dilapangan.

====================================
Dari: Nanang
Tanggal: Kamis, 24 November, 2011, 7:01 PM

Sekarang memang para pejabat makin nekat & tak tahu malu, apa karena diberi contoh dari atas, atau karena untuk masalah hukum ada KUHP (Kasih Uang Habis Perkara).. Gak ada uang hidup sengsara dibalik penjara hahahahaha

===================================
Tanggal: Selasa, 22 November, 2011, 7:32 PM

  Dari sebuah jurnal hukum, semoga manfaat
Salam,

http://jurnalhukum.com/2011/11/persindonesia-analisa-kasus-dugaan.html

Analisa Kasus Dugaan Korupsi & Pelanggaran Hukum DAK Pendidikan Lumajang


Dalam pelaksanaan pelelalangan/ pengadaan:

a.       Pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB

b.      Pengadaan buku perpustakaan SMP


Di Kabupaten Lumajang, yang didanai oleh DAK Pendidikan 2010, dengan aktor & pelaku pelelangan adalah Sugeng & Inggarwati, bisa dilakukan analisa kasus sebagai berikut:


1.       Berdasarkan sanggahan dari peserta lelang yang tidak bisa menawarkan barang sesuai RKS, patut diduga ada pelanggaran Kepres 80 (lelang ini berdasarkan Kepres 80 th 2003), yakni dalam pakta integritas. Karena beberapa peserta yang bisa menawarkan barang sesuai RKS, dan salah satunya ditetapkan sebagai pemenang yakni PT. Budi Karya Mandiri dan beberapa perusahaan lain yang diduga ikut serta lelang hanya sebagai pendamping, adalah milik orang yang sama. (terlampir surat sanggahan dan akta perusahaan dari PT. Budi Karya Mandiri dan PT Cipta Inti Farmindo, yang menyebutkan bahwa kedua perusahaan tersebut adalah milik satu orang yang sama, yakni Liauw Inggarwati. Berkas tersebut,  secara lengkap bisa dilihat pada dokumen pelelangan)


2.       Berdasar pakta integritas yang tertuang dalam RKS, maupun Kepres 80 th 2003, seharusnya panitia lelang, maupun PPK, PA dan pejabat yang berwenang, menggugurkan PT. Budi Karya Mandiri dan PT. Cipta Inti Farmindo dan melakukan black list. Tetapi hal ini tidak dilakukan, malah terkesan panitia, PPK serta pejabat yang berwenang,  memaksakan agar lelang berjalan terus sampai terjadinya kontrak. Bisa saja mereka beralasan bahwa lalai dan tidak cermat meneliti dokumen lelang. Tapi dengan adanya sanggahan, laporan masyarakat, seharusnya diketahui adanya dugaan persekongkolan horisontal, antar peserta lelang ini. Akan tetapi dengan kesengajaan mengabaikan sanggahan maupun laporan masyarakat, maka ada dugaan kuat bahwa selain terjadi persekongkolan horisontal, juga terjadi persekongkolan vertikal, yakni antara peserta lelang dengan panitia, PPK dan pejabat lainnya yang berwenang dalam proses pelelangan tersebut.


3.       Karena sudah diketahui bahwa pemenang lelang telah melanggar pakta integritas sebagaimana diatur dalam Kepres 80 th 2003, seharusnya pelelangan digagalkan dan diadakan proses pelelangan yang baru. Tapi kenyataannya, pelelangan berjalan terus, mulai penetapan pemenang, dilakukannya kontrak, pelaksanaan pekerjaan sampai terjadinya pembayaran uang negara kepada pelaksana pekerjaan. Dari hal ini ada dugaan kuat terjadinya persekongkolan vertikal dan horisontal untuk melakukan pengaturan pelelangan diantaranya mark-up harga dan lain lain tindakan, yang bisa menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara.


4.       Kenapa disebut hanya beberapa perusahaan yang akhirnya ketahuan dalam kendali orang yang sama saja, yang bisa menawarkan barang dalam pelelangan tersebut? Karena dalam pelelangan tersebut, dokumen sudah mengarah pada merk tertentu (dalam hal ini judul buku tertentu), yang hanya dimiliki oleh perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama tersebut. Dalam dokumen pelelangan disebut bahwa yang dilelang hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang yang sama tadi. Padahal diluar judul buku tadi masih banyak judul buku lain yang lulus penilaian, sebagai mana ketentuan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010. Kenapa dalam pelelangan hanya judul buku yang hanya dimiliki rekanan tertentu saja yang diminta? Sehingga hal ini memperkuat dugaan adanya persekongkolan yang mengarah pada pengaturan sebuah pelelangan, ang bisa mengakibatkan terjadinya mark up harga dan menimbulkan kerugian keuangan negara.


5.       Dalam pelaksanaan penjelasan pekerjaan, hal yang tersebut pada point 4, sudah diprotes oleh peserta yang lain, akan tetapi, panitia, PPK dan pejabat lain yang berwenang bersikukuh mempertahankan bahwa hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang tertentu saja yang dilelangkan. Mereka berargumentasi, bahwa ini adalah hasil pekerjaan tim teknis, survey dan lain lain tindakan yang menyatakan bahwa pemilihan judul buku ini sudah sesuai aturan dan sudah melalui proses yang benar. Padahal jika diperhatikan dengan seksama, maka penetapan hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang tertentu saja yang dilelangkan itu, tampak jelas rekayasanya. Hal ini bisa dilihat dalam dokumen pelelangan untuk pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB dan pengadaan buku perpustakaan SMP, bahwa banyak buku untuk SD dan SMP adalah sama persis, hanya urutannya saja yang dibalik-balik, salah satunya bisa dilihat untuk buku matematika, baik buku pengayaan maupun buku referensi.


6.       Jika memang pemilihan judul buku dilakukan dengan mekanisme yang benar, dan bukan rekayasa yang sangat vulgar, tentunya hal itu tidak terjadi. Maka patut dipertanyakan, benarkah pemilihan judul buku yang akan dilelangkan sudah dilakukan dengan mekanisme yang benar? Atau hanya merupakan rekayasa untuk mengatur pelelangan dengan melakukan persekongkolan, agar hanya perusahaan tertentu yang bisa menawarkan barang sesuai dokumen pelelangan,  demi tujuan tertentu yang berakibat bisa dilakukan mark up harga dan menimbulkan keuangan negara? Untuk itu tim teknis yang melakukan pemilihan judul buku ada baiknya diperiksa, benarkah mereka bekerja sesuai mekanisme yang benar, kok bisa memilih judul buku untuk SMP kok sama dengan judul buku SD? Hal ini menunjukkan ada dugaan kuat, bahwa pemilihan judul buku hanya merupakan formalitas, dan sudah disediakan oleh pihak tertentu yang melakukan persekongkolan. Dimana mereka hanya menandatangani saja. Lalu bagaimana mereka menentukan HPS (Harga Perkiraan Sendiri)? Dari hal ini patut diduga mereka tidak melakukan survey, dan hamya berdasar daftar buku yang hanya dimiliki oleh orang tertentu tersebut.


7.       Dari adanya dokumen yang menyebutkan bahwa perusahaan peserta pelelangan yang bisa menawarkan barang sesuai RKS, adalah milik orang yang sama, dimana panitia, PPK dan pejabat lain yang berwenang ternyata terkesan tutup mata dan menyembunyikan informasi kepada masyarakat,  akhirnya terbukalah semuanya, dimana ada dugaan bahwa dalam pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB dan pengadaan buku perpustakaan SMP, sejak awal terjadi adanya persekongkolan untuk mengatur pelelangan, dimana agar hanya pihak tertentu yang bisa menawarkan barang, untuk melakukan mark up harga dengan tujuan untuk menimbulkan kerugian keuangan negara, demi tujuan tertentu.


8.       Selain melanggar pakta integritas yang tertuang dalam dokumen pelelangan/RKS yang diatur oleh Kepres 80 th 2003, hal ini juga melanggar UU 5 tahun 1999


9.       Dalam laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Lumajang Tahun 2011, buku I Nomor 39.A/LHP/XVIII.JATIM/07/2011, tanggal 8 Juli 2011, bahwa untuk pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB (halaman 49), menyatakan bahwa dalam pengadaan buku dan media perpustakaan sebesar Rp. 10.885.464.873 sebesar Rp. 9. 778.397.000 diantaranya tidak dapat diyakini keberadaannya per 31 Desember 2010, karena terlambat diserahkan (catatan kepatuhan 5)


10.   Dari point 9, patut diduga bahwa sampai habis masa kontrak, penyedia barang  (PT. Budi Karya Mandiri) ternyata hanya mampu menyelesaikan 10% dari pekerjaan. Untuk itu perlu dilacak, sampai kapankah pekerjaan ini benar2 diselesaikan. Apakah sudah dikenakan denda, dan apakah jika sudah dikenakan denda sudah berdasar hitungan yang benar/ bukan rekayasa? Hal ini dapat diperiksa, kapankah penyedia barang menerima pembayaran? Karena, pekerjaan ini bertepatan dengan akhir tahun anggaran, apakah ada rekayasa dengan melaksanakan pembayaran 100% kepada penyedia barang, meski pekerjaan baru selesai 10%, atau dengan cara pencairan 100% pada rekening lain/titipan, meski pekerjaan baru selesai 10%, dengan kesepakatan adanya blokir rekening, sampai pekerjaan diselesaikan. Untuk itu perlu diperiksa apakah pencairan pada rekening titipan, sudah melewati batas waktu untuk melakukan pencairan jaminan pelaksanaan? Jika sudah melewati batas waktu keterlambatan sampai  waktu pencairan jaminan pelaksanaan, harusnya bukan dikenakan denda, tapi harus dilakukan pembatalan kontrak, dan jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai pekerjaan dicairkan untuk masuk kas negara. Maka jika pembukaan blokir rekening dan pencairan uang pada rekening titipan dilakukan melebihi 50 hari kerja dari masa kontrak, seharusnya ada pemutusan kontrak. Dari peristiwa ini, semakin terbuka adanya persekongkolan vertikal dan horisontal, dimana sudah terjadi pembayaran atau pengeluaran uang dari kas daerah kepada rekening lain, meski pekerjaan baru terlaksana 10%


11.   Dalam laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Lumajang Tahun 2011, buku I Nomor 39.A/LHP/XVIII.JATIM/07/2011, tanggal 8 Juli 2011, bahwa untuk pengadaan buku perpustakaan SMP (halaman 48), menyatakan sebesar Rp 3.126.662.800 merupakan pengadaan buku dan media perpustakaan tidak dapat diyakini keberadaannya per 31 Desember 2010 karena terlambat diserahkan (Catatan Kepatuhan No.5).


12.   Dari point 11 ini patut diduga bahwa sampai habis masa kontrak, pekerjaan sama sekali belum dilaksanakan (selesai 0%). Untuk itu perlu dilakukan penyelidikan seperti halnya yang tersirat pada point 10, guna mengungkap dugaan terjadi persekongkolan guna menimbulkan kerugian terhadap keuangan negara, dengan tujuan tertentu.


13.   Jika-pun telah dikenakan denda, itu adalah denda keterlambatan. Dan selayaknya dilakukan penyelidikan, apakah dalam penentuan besarnya denda tidak ada rekayasa. Meskipun misalnya sudah membayar denda keterlambatan, Apakah itu akan menghilangkan faktor pidana? Karena berdasar laporan masyarakat, buku perpustakaan SD/SDLB dan buku perpustakaan SMP yang dikirim penyedia barang, patut diduga melanggar spesifikasi yang ditentukan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010 (mutu dibawah spesifikasi). Dimana patut diduga, bahwa banyak buku yang dikirim penyedia barang, jumlah halamannya kurang dari 48 halaman, dimana jumlah halaman ini merupakan jumlah halaman minimal yang ditetapkan. Selain itu, patut diduga bahwa buku yang dikirim, bukanlah buku baru sebagaimana ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010. Artinya, patut diduga buku yang dikirim adalah buku bekas, buku lama yang merupakan barang cuci gudang. Maka semakin memperkuat dugaan adanya persekongkolan untuk merugikan keuangan negara dengan tujuan tertentu.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

[Simpati_Indonesia] Re: Nekat: Analisa Kasus Dugaan Korupsi & Pelanggaran Hukum DAK Pendidikan Lumajang

 

Pak komite, yang bertugas mengumpulkan bukti itu adalah aparat hukum, karena mereka yang berwenang.
Kalau aparat hanya nunggu bahwa rakyat yang lapor korupsi harus menggali bukti, seperti minta dokumen2 ke pejabat, apa akan dikasi?
atau rakyat harus menyiapkan bukti2 sampai lengkap dan keterangan2, lalu aparat hukum tinggal menunggu hasil yang sudah jadi (hasil kerja rakyat) lalu aparat hukum tinggal mengajukan saja kesidang pengadilan???
Wah bisa anarkis negeri ini....

====================================
Dari: Komite Peduli Pendidikan
Tanggal: Sabtu, 26 November, 2011, 9:07 PM

Bukannya membela, tapi aparat hukum baru akan bertindak jika ada bukti
Untuk itu mereka yang berpikir ada korupsi disuatu tempat, harus mencarikan dulu bukti2 otentik, baik berupa dokumen sampai lengkap dan siap diajukan ke pengadilandsb
Aparat hukum itu sibuk.. jangan mau terpancing untuk mencari dan mengumpulkan bukti, apalagi analisa hukum belum tentu pas jika diterapkan dilapangan.

====================================
Dari: Nanang
Tanggal: Kamis, 24 November, 2011, 7:01 PM

Sekarang memang para pejabat makin nekat & tak tahu malu, apa karena diberi contoh dari atas, atau karena untuk masalah hukum ada KUHP (Kasih Uang Habis Perkara).. Gak ada uang hidup sengsara dibalik penjara hahahahaha

===================================
Tanggal: Selasa, 22 November, 2011, 7:32 PM

  Dari sebuah jurnal hukum, semoga manfaat
Salam,

http://jurnalhukum.com/2011/11/persindonesia-analisa-kasus-dugaan.html

Analisa Kasus Dugaan Korupsi & Pelanggaran Hukum DAK Pendidikan Lumajang


Dalam pelaksanaan pelelalangan/ pengadaan:

a.       Pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB

b.      Pengadaan buku perpustakaan SMP


Di Kabupaten Lumajang, yang didanai oleh DAK Pendidikan 2010, dengan aktor & pelaku pelelangan adalah Sugeng & Inggarwati, bisa dilakukan analisa kasus sebagai berikut:


1.       Berdasarkan sanggahan dari peserta lelang yang tidak bisa menawarkan barang sesuai RKS, patut diduga ada pelanggaran Kepres 80 (lelang ini berdasarkan Kepres 80 th 2003), yakni dalam pakta integritas. Karena beberapa peserta yang bisa menawarkan barang sesuai RKS, dan salah satunya ditetapkan sebagai pemenang yakni PT. Budi Karya Mandiri dan beberapa perusahaan lain yang diduga ikut serta lelang hanya sebagai pendamping, adalah milik orang yang sama. (terlampir surat sanggahan dan akta perusahaan dari PT. Budi Karya Mandiri dan PT Cipta Inti Farmindo, yang menyebutkan bahwa kedua perusahaan tersebut adalah milik satu orang yang sama, yakni Liauw Inggarwati. Berkas tersebut,  secara lengkap bisa dilihat pada dokumen pelelangan)


2.       Berdasar pakta integritas yang tertuang dalam RKS, maupun Kepres 80 th 2003, seharusnya panitia lelang, maupun PPK, PA dan pejabat yang berwenang, menggugurkan PT. Budi Karya Mandiri dan PT. Cipta Inti Farmindo dan melakukan black list. Tetapi hal ini tidak dilakukan, malah terkesan panitia, PPK serta pejabat yang berwenang,  memaksakan agar lelang berjalan terus sampai terjadinya kontrak. Bisa saja mereka beralasan bahwa lalai dan tidak cermat meneliti dokumen lelang. Tapi dengan adanya sanggahan, laporan masyarakat, seharusnya diketahui adanya dugaan persekongkolan horisontal, antar peserta lelang ini. Akan tetapi dengan kesengajaan mengabaikan sanggahan maupun laporan masyarakat, maka ada dugaan kuat bahwa selain terjadi persekongkolan horisontal, juga terjadi persekongkolan vertikal, yakni antara peserta lelang dengan panitia, PPK dan pejabat lainnya yang berwenang dalam proses pelelangan tersebut.


3.       Karena sudah diketahui bahwa pemenang lelang telah melanggar pakta integritas sebagaimana diatur dalam Kepres 80 th 2003, seharusnya pelelangan digagalkan dan diadakan proses pelelangan yang baru. Tapi kenyataannya, pelelangan berjalan terus, mulai penetapan pemenang, dilakukannya kontrak, pelaksanaan pekerjaan sampai terjadinya pembayaran uang negara kepada pelaksana pekerjaan. Dari hal ini ada dugaan kuat terjadinya persekongkolan vertikal dan horisontal untuk melakukan pengaturan pelelangan diantaranya mark-up harga dan lain lain tindakan, yang bisa menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara.


4.       Kenapa disebut hanya beberapa perusahaan yang akhirnya ketahuan dalam kendali orang yang sama saja, yang bisa menawarkan barang dalam pelelangan tersebut? Karena dalam pelelangan tersebut, dokumen sudah mengarah pada merk tertentu (dalam hal ini judul buku tertentu), yang hanya dimiliki oleh perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama tersebut. Dalam dokumen pelelangan disebut bahwa yang dilelang hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang yang sama tadi. Padahal diluar judul buku tadi masih banyak judul buku lain yang lulus penilaian, sebagai mana ketentuan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010. Kenapa dalam pelelangan hanya judul buku yang hanya dimiliki rekanan tertentu saja yang diminta? Sehingga hal ini memperkuat dugaan adanya persekongkolan yang mengarah pada pengaturan sebuah pelelangan, ang bisa mengakibatkan terjadinya mark up harga dan menimbulkan kerugian keuangan negara.


5.       Dalam pelaksanaan penjelasan pekerjaan, hal yang tersebut pada point 4, sudah diprotes oleh peserta yang lain, akan tetapi, panitia, PPK dan pejabat lain yang berwenang bersikukuh mempertahankan bahwa hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang tertentu saja yang dilelangkan. Mereka berargumentasi, bahwa ini adalah hasil pekerjaan tim teknis, survey dan lain lain tindakan yang menyatakan bahwa pemilihan judul buku ini sudah sesuai aturan dan sudah melalui proses yang benar. Padahal jika diperhatikan dengan seksama, maka penetapan hanya judul buku tertentu yang hanya dimiliki orang tertentu saja yang dilelangkan itu, tampak jelas rekayasanya. Hal ini bisa dilihat dalam dokumen pelelangan untuk pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB dan pengadaan buku perpustakaan SMP, bahwa banyak buku untuk SD dan SMP adalah sama persis, hanya urutannya saja yang dibalik-balik, salah satunya bisa dilihat untuk buku matematika, baik buku pengayaan maupun buku referensi.


6.       Jika memang pemilihan judul buku dilakukan dengan mekanisme yang benar, dan bukan rekayasa yang sangat vulgar, tentunya hal itu tidak terjadi. Maka patut dipertanyakan, benarkah pemilihan judul buku yang akan dilelangkan sudah dilakukan dengan mekanisme yang benar? Atau hanya merupakan rekayasa untuk mengatur pelelangan dengan melakukan persekongkolan, agar hanya perusahaan tertentu yang bisa menawarkan barang sesuai dokumen pelelangan,  demi tujuan tertentu yang berakibat bisa dilakukan mark up harga dan menimbulkan keuangan negara? Untuk itu tim teknis yang melakukan pemilihan judul buku ada baiknya diperiksa, benarkah mereka bekerja sesuai mekanisme yang benar, kok bisa memilih judul buku untuk SMP kok sama dengan judul buku SD? Hal ini menunjukkan ada dugaan kuat, bahwa pemilihan judul buku hanya merupakan formalitas, dan sudah disediakan oleh pihak tertentu yang melakukan persekongkolan. Dimana mereka hanya menandatangani saja. Lalu bagaimana mereka menentukan HPS (Harga Perkiraan Sendiri)? Dari hal ini patut diduga mereka tidak melakukan survey, dan hamya berdasar daftar buku yang hanya dimiliki oleh orang tertentu tersebut.


7.       Dari adanya dokumen yang menyebutkan bahwa perusahaan peserta pelelangan yang bisa menawarkan barang sesuai RKS, adalah milik orang yang sama, dimana panitia, PPK dan pejabat lain yang berwenang ternyata terkesan tutup mata dan menyembunyikan informasi kepada masyarakat,  akhirnya terbukalah semuanya, dimana ada dugaan bahwa dalam pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB dan pengadaan buku perpustakaan SMP, sejak awal terjadi adanya persekongkolan untuk mengatur pelelangan, dimana agar hanya pihak tertentu yang bisa menawarkan barang, untuk melakukan mark up harga dengan tujuan untuk menimbulkan kerugian keuangan negara, demi tujuan tertentu.


8.       Selain melanggar pakta integritas yang tertuang dalam dokumen pelelangan/RKS yang diatur oleh Kepres 80 th 2003, hal ini juga melanggar UU 5 tahun 1999


9.       Dalam laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Lumajang Tahun 2011, buku I Nomor 39.A/LHP/XVIII.JATIM/07/2011, tanggal 8 Juli 2011, bahwa untuk pengadaan buku perpustakaan SD/SDLB (halaman 49), menyatakan bahwa dalam pengadaan buku dan media perpustakaan sebesar Rp. 10.885.464.873 sebesar Rp. 9. 778.397.000 diantaranya tidak dapat diyakini keberadaannya per 31 Desember 2010, karena terlambat diserahkan (catatan kepatuhan 5)


10.   Dari point 9, patut diduga bahwa sampai habis masa kontrak, penyedia barang  (PT. Budi Karya Mandiri) ternyata hanya mampu menyelesaikan 10% dari pekerjaan. Untuk itu perlu dilacak, sampai kapankah pekerjaan ini benar2 diselesaikan. Apakah sudah dikenakan denda, dan apakah jika sudah dikenakan denda sudah berdasar hitungan yang benar/ bukan rekayasa? Hal ini dapat diperiksa, kapankah penyedia barang menerima pembayaran? Karena, pekerjaan ini bertepatan dengan akhir tahun anggaran, apakah ada rekayasa dengan melaksanakan pembayaran 100% kepada penyedia barang, meski pekerjaan baru selesai 10%, atau dengan cara pencairan 100% pada rekening lain/titipan, meski pekerjaan baru selesai 10%, dengan kesepakatan adanya blokir rekening, sampai pekerjaan diselesaikan. Untuk itu perlu diperiksa apakah pencairan pada rekening titipan, sudah melewati batas waktu untuk melakukan pencairan jaminan pelaksanaan? Jika sudah melewati batas waktu keterlambatan sampai  waktu pencairan jaminan pelaksanaan, harusnya bukan dikenakan denda, tapi harus dilakukan pembatalan kontrak, dan jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai pekerjaan dicairkan untuk masuk kas negara. Maka jika pembukaan blokir rekening dan pencairan uang pada rekening titipan dilakukan melebihi 50 hari kerja dari masa kontrak, seharusnya ada pemutusan kontrak. Dari peristiwa ini, semakin terbuka adanya persekongkolan vertikal dan horisontal, dimana sudah terjadi pembayaran atau pengeluaran uang dari kas daerah kepada rekening lain, meski pekerjaan baru terlaksana 10%


11.   Dalam laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Lumajang Tahun 2011, buku I Nomor 39.A/LHP/XVIII.JATIM/07/2011, tanggal 8 Juli 2011, bahwa untuk pengadaan buku perpustakaan SMP (halaman 48), menyatakan sebesar Rp 3.126.662.800 merupakan pengadaan buku dan media perpustakaan tidak dapat diyakini keberadaannya per 31 Desember 2010 karena terlambat diserahkan (Catatan Kepatuhan No.5).


12.   Dari point 11 ini patut diduga bahwa sampai habis masa kontrak, pekerjaan sama sekali belum dilaksanakan (selesai 0%). Untuk itu perlu dilakukan penyelidikan seperti halnya yang tersirat pada point 10, guna mengungkap dugaan terjadi persekongkolan guna menimbulkan kerugian terhadap keuangan negara, dengan tujuan tertentu.


13.   Jika-pun telah dikenakan denda, itu adalah denda keterlambatan. Dan selayaknya dilakukan penyelidikan, apakah dalam penentuan besarnya denda tidak ada rekayasa. Meskipun misalnya sudah membayar denda keterlambatan, Apakah itu akan menghilangkan faktor pidana? Karena berdasar laporan masyarakat, buku perpustakaan SD/SDLB dan buku perpustakaan SMP yang dikirim penyedia barang, patut diduga melanggar spesifikasi yang ditentukan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010 (mutu dibawah spesifikasi). Dimana patut diduga, bahwa banyak buku yang dikirim penyedia barang, jumlah halamannya kurang dari 48 halaman, dimana jumlah halaman ini merupakan jumlah halaman minimal yang ditetapkan. Selain itu, patut diduga bahwa buku yang dikirim, bukanlah buku baru sebagaimana ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK pendidikan 2010. Artinya, patut diduga buku yang dikirim adalah buku bekas, buku lama yang merupakan barang cuci gudang. Maka semakin memperkuat dugaan adanya persekongkolan untuk merugikan keuangan negara dengan tujuan tertentu.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Senin, 30 Januari 2012

[Media_Nusantara] APAKAH PSSI MELANGGAR KONGRES BALI ??

 

APAKAH PSSI MELANGGAR KONGRES BALI ??

oleh Saleh Ismail Mukadar pada 30 Januari 2012 pukul 9:10

Gerakan pembangkangan yang dilakukan oleh sejumlah Klub dan Pengprov terhadap kepengurusan PSSI yang sah adalah karena tudingan bahwa konggres Bali diawal Januari 2011 telah memutuskan PT.Liga Indonesia (PT.LI) sebagai penyelenggara/operator liga,Format kompetisi adalah ISL dengan 18 Klub,serta saham PT.LI yang 99% milik PSSI harus diserahkan pada klub,dan keputusan2 PSSI telah mengabaikan keputusan kongres Bali tersebut.

Bahwa dari mendengarkan keterangan beberapa peserta kongres Bali,membaca notulen rapat dan berkali-kali melihat rekaman video kongres tersebut kami mendapati fakta bahwa;

1.Hal tentang format liga memang diputuskan dalam kongres Bali,namun menyangkut komposisi saham hanya dijanjikan Nurdin Halid dalam pidatonya dan tidak pernah menjadi keputusan kongres sedangkan penyelenggara  liga sama sekali tidak dibahas atau diputuskan dalam kongres tersebut.

2.Dalam pidatonya dua kali ketua umum PSSI mengingatkan bahwa tidak boleh ada SK (surat keputusan) yang dibuat diluar apa yang diputuskan dalam kongres tersebut karena itu kelaziman yg berlaku di FIFA dan AFC.

3.bahwa hingga kini dua surat yang diklaim sebagai keputusan kongres Bali dalam SK yang ditanda tangani oleh Nurdin Halid selaku ketua umum dan Nugraha Besoes selaku Sekjen belum pernah diterima oleh PSSI,AFC,FIFA bahkan oleh mayoritas peserta kongres
Berdasarkan data  dan fakta tersebut diatas kami berkesimpulan bahwa ada itikad buruk dari dari para pengurus lama yang tidak rela/legowo terhadap kepengurusan PSSI saat ini dan mencoba meronrong integritas kepengurusan PSSI yang sah dengan mengedarkan sebuah berita bohong seolah kebijakan PSSI dalam menunjuk penyelenggara liga,dan merubah format kompetisi adalah kebijakan yang bertentangan dengan keputusan kongres Bali,padahal kami yakin mereka semua cukup mengetahui bahwa ;

1.Kongres tidak boleh membahas atau memutuskan suatu hal yang tidak tercantum dalam agenda,(pasal 30 ayat 4 statuta PSSI),juga bahwa semua keputusan konggres harus sesuai dengan statute PSSI (pasal 25 ayat n statute PSSI).

2.Bahwa pasal 79 ayat 2 tentang kewenangan Exco untuk menentukan penyelenggara liga serta pasal 37 ayat I menyangkut kewenangan Exco untuk menentukan format kompetisi belum pernah dicabut atau dirubah menjadi kewenangan kongres.

3.Bahwa pada tgl.21 Agustus 2011 Exco terpilih PSSI telah mencabut mandate yang pernah diberikan pada PT.Liga Indonesia dan menunjuk PT.LPIS sebagai penyelenggara/operator Liga yang baru dan tanggal 30 September 2011 dari seluruh Exco yang hadir hanya satu Exco yakni Lanyala Mahmud Mataliti yang tidak setuju tentang format liga dengan 24 team sebagai peserta tetapi sepuluh lainnya semuanya sepakat bahwa Liga Indonesia kasta tertinggi diikuti oleh 24 team.

4.Bahwa FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia dimana federasi Negara manapun yang berafiliasi ke FIFA harus mengikuti semua arahan dan instruksinya telah memutuskan bahwa penyelenggara liga yang sah dan resmi adalah PT.LPIS dengan Indonesian Premier League sebagai brand liganya dan meminta PSSI untuk menghentikan Indonesian Super League sampai dengan batas waktu tanggal 20 Maret 2011 sebelum rapat Asosiasi komite di FIFA.Surat FIFA tertanggal 21 Desember yang juga meminta PSSI memberikan  kesempatan untuk Klub,perangkat pertandingan,dan pemain untuk kembali ke liga resmi tersebut atau kalau tidak harus segra dihukum seharusnya mengakhiri semua polemik tentang pelanggaran kongres Bali atau pelanggaran statute,tapi fakta yang terjadi hingga kini pembangkangan dengan dalih PSSI telah melanggar kongres Bali dan melanggar statute terus saja terjadi,untuk itu sesuai regulasi sepak bola/statute kami persilahkan siapapun yang tidak puas atau masih belum juga Legowo setelah puluhan tahun berkuasa tanpa prestasi untuk mengajukan keberatan tersebut ke Badan Arbitrase Olahraga,baik yang ada di KOI,KONI maupun CAS di Lausane Swiss.

MENGAPA PSSI MENOLAK KLB ???
 
Pada tanggal 23 Desember 2011 sebuah lembaga bernama Forum Pengprov PSSI telah menyerahkan sejumlah dokumen mengatas namakan 2/3 anggota PSSI yang meminta diadakannya Kongres Luar Biasa (KLB).Berdasarkan penyerahan dokumen tersebut serta ketentuan regulasi,PSSI kemudian membentuk team kecil yang diketuai oleh sekjen untuk melakukan verifikasi atau pemeriksaan keabsahan dan keautentikan dokumen ,dan dari kerja keras team verifikasi pada tanggal 10 Januari Exco PSSI telah mengumumkan bahwa verifikasi dokumen (tahap pertama) dari 460 dokumen yang diserahkan oleh FPP didapati 11 (sebelas)pengajuan dilakukan dobel/rangkap,80 (delapan puluh) adalah bukan anggota atau masih calon anggota PSSI,dan 49 adalah mereka yang terikat pakta integritas dengan PSSI,sehingga jumlah anggota yang bisa dinyatakan sah pada verifikasi tahap pertama adalah 320 anggota.

Berdasarkan hasil verifikasi tahap pertama tersebut Exco pada rapat tanggal 10 Januari lalu telah memutuskan untuk menolak KLB karena syarat 2/3 dari 588 anggota PSSI adalah 392 anggota sehingga tanpa harus menunggu verifikasi fisik (tahap kedua) yang mulai dilakukan tgl.16 Januari 2012 Exco telah mengambil keputusan tersebut dan melaporkannya kepada FIFA dan AFC,dan Alhamdulillah pada tgl.16 Januari FIFA telah menolak diadakannya KLB dan meminta PSSI untuk segra menyelenggarakan kongres tahunan sebelum tgl.20 Maret 2012.

Bahwa 2/3 anggota PSSI dapat mengajukan atau meminta diadakannya Kongres Luar Biasa (KLB) dengan mecantumkan agenda yang akan diputuskan dalam KLB tersebut.namun dalam statute permintaan tersebut harus diajukan kepada Exco PSSI untuk disetujui,dan apabila dalam jangka waktu 3 bulan permintaan KLB tersebut tidak dilaksanakan atau disetujui oleh Exco,maka 2/3 anggota tersebut dapat melaksanakan sendiri KLB dengan meminta persetujuan dan bantuan FIFA.Mengapa masih harus ke FIFA ??? karena Kongres,kongres tahunan atau kongres luar biasa hanya dapat terjadi apabila penyelenggara kongres adalah PSSI atau lembaga lain yang ditunjuk oleh FIFA,dilakukan sesuai statute PSSI dan FIFA,peserta kongres harus diverifikasi oleh penyelenggara dan kongresnya harus di approv oleh FIFA semua itu diatur dalam statute PSSI pasal;22,23,24,25,26,27,29,30,31 dan arahan atau keputusan FIFA.

Apabila para pengusul atau FPP tidak puas atau tidak bisa menerima apa yg diputuskan oleh Exco tersebut oleh regulasi di persilahkan penyelesainnya oleh lembaga arbitrase olahraga, pasal 70 ayat 1 bahkan melarang para pihak yang berselisih untuk melakukan upaya selain arbitrase olahraga,dan PSSI siap untuk mempertanggung jawabkan keputusan tersebut apabila masih tetap dipersoalkan.

oleh: Saleh Ismail Mukadar,Deputy Sekjen Bid,Kompetisi PSSI

· · · Bagikan

  • 5 orang menyukai ini.
  • 1 kali dibagikan
    • Muhammad Jefri Menurut bang saleh gimana
      Kemarin jam 9:20 ·
    • Achmad Arifin TIDAK LEGOWO...ITU PASTI
      Kemarin jam 9:20 ·
    • Januar Irawan Bah,PSSI ngga salah koq...segera setelah kongres tahunan selesai dan mendapat legitimasi FIFA,para pembelot harus manut PSSI jd PSSI dg dukungan FIFA dan Pemerintah bisa bertindak tegas kepada Liga Ilegal serta perangkat pertandingan kalo bs d larang memakai embel2 PSSI dlm segala aktivitas mereka....
      Kemarin jam 9:23 · · 1
    • Achmad Arifin PSSI PASTI AKAN TERUS DIGOYANG.......DAN INI DICIPTAKAN N JUGA DIMANFAATKAN - UNTUK MENCARI UANG !!!!!!! PSSI APAPUN YNG TERJADI JALAN TERUS DEMI PERSEPAK BOLAAN INDONESIA
      Kemarin jam 9:24 ·
    • Saleh Ismail Mukadar apanya yang menurut saya ?? semua tentang apa yg mereka persoalkan bagi saya selesai dengan tulisan ini
      Kemarin jam 9:25 ·
    • Achmad Arifin masyarakat bola itu banyak yg sudah mengerti.......BIARKAN ANJING - ANJING MENCARI TULANG - PEJUANG - PEJUANG BOLA SEJATI TRUS MELANGKAH.........
      Kemarin jam 9:30 ·
    • Fito Boro Bonex ok bah,aq mkin yakin pssi skrg berjlan lurus,cuma bbrpa glintir org yg skit hti aj yg ingin cari2 sensasi (ad unsur bales dndam),salah gak mw ngalah.huuuuuuuh.... Pkoe maju trus bah.
      23 jam yang lalu ·
    • Alfaqir Ilmi
      ‎@Saleh Ismail Mukadar : 1.Hal tentang format liga memang diputuskan dalam kongres Bali, namun .... Dst

      Itu apa maksudnya? Saleh harus tahu bahwa dalam notulen dituliskan bahwa, pssi menyetujui rancangan program kerja.

      Apakah mereka tahu program kerja dan konsep dari Komite dan Badan2 (BLI, BLAI, BTN, BPPUM, BWSI, dst)?

      Semua dirinci disitu, bahkan secara khusus, BLI menyampaikan 2 kali presentasi dan diskusi di H-1 kongress. (Khusus membahas pengelolaan Liga Professional).

      Dan, perlu diingat, (bahkan bisa dirunut dari semua pemberitaan media, maupun diskusi publik) bahwa: Pengelolaan Liga hingga isu format, saham dst, bukan sekedar ide yang tiba2 muncul di kongres. Ini perdebatan dan penggodokan yang panjang dari Liga (dg klub2 didalamnya) vs PSSI.

      Jadi Saleh tidak menangkap esensi (visi/idealisme) tsb, sekaligus mereduksi kongres bali hanya sebagai gelaran politik semata.

      SALEH: 2. Dalam pidatonya dua kali ketua umum PSSI mengingatkan bahwa tidak boleh ada SK (surat keputusan) yang dibuat diluar apa yang diputuskan dalam kongres tersebut karena itu kelaziman yg berlaku di FIFA dan AFC.

      Mereka harus tahu, bahwa SK adalah tata administatif organisasi yang lazim dan dipergunakan hingga saat ini. Tidak ada yang bertentangan dengan FIFA dan AFC. Yang dilarang adalah, jika substansi SK bertentangan dengan apa yang diputuskan dalam (notulen)kongres.

      Merujuk pada 2 point diatas, Saleh harus tahu bahwa PSSI (NH dan NB) menelorkan SK, sebagai bentuk tanggung jawab administratif belaka dan sah.

      SALEH: 3.bahwa hingga kini dua surat yang diklaim sebagai keputusan kongres Bali dalam SK yang ditanda tangani oleh Nurdin Halid selaku ketua umum dan Nugraha Besoes selaku Sekjen belum pernah diterima oleh PSSI, AFC, FIFA bahkan oleh mayoritas peserta kongres.Dst..

      Sejak Kongres BALI, kemudian kisruh di Riau, kemudian "pembekuan kepengurusan oleh Menpora", dilanjut terbentuknya KN, hingga KLB Solo.

      Pengurus lama, berupaya mengamankan semua dokumen, dan asset pssi sebaik-baiknya. Tetapi setelah KLB Solo, tdk ada niatan sedikitpun dari Johar cs untuk melakukan dialog dan serah terima, apalagi "rekonsiliasi".

      Johar cs jalan sendiri, mengabaikan semua fakta dan dokumen yang ada tetapi tidak mereka ketahui.Jadi, STOP berkelit, menjijikkan !!!

      Terakhir, Mengabaikan fakta (kongres) BALI, sy melihat Johar cs juga telah gagal menjawab pertanyaan:

      1. Apa alasan teknis dan ekonomis, merubah format 18 menjadi 24?

      2. Jika 24 ok, apa alasan memasukkan 6 klub ke kasta tertinggi tsb. Termasuk di dalamnya Persema dan Persibo (yg sdh dikeluarkan dari anggota pssi)?

      3. Jelaskan dan komparasikan PT Liga Indonesia vs PT LPIS, dari struktur kepemilikan saham, mekanisme pendirian, registrasi di AFC. (Mengabaikan kompetensi keduanya dlm mengelola kompetisi).

      4. Jelaskan apa alasan mengapa tindakan cross-ownership dijalankan? Tahukan mereka ini sebuah hal yang diharamkan?

      5. Jelaskan dimana tanggung jawab PSSI dan LPIS yang telah menyeret Indonesia gagal mendapatkan rapor yang memadai di assessment AFC? Dst, dst.

      Jadi, saudara jauh dari mengerti tentang sepakbola ini, apalagi sepakbola industri.Tks

      Satu lagi. Perubahan format khususnya ISL, 100% melanggar statuta
      9 menit yang lalu ·

https://www.facebook.com/notes/saleh-ismail-mukadar/apakah-pssi-melanggar-kongres-bali-/10150580483253738

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___