Senin, 30 Maret 2020

[Media_Nusantara] Re: #sastra-pembebasan# Pesan seorang Pesan seorang Penderita Berat CoViD-19

 


Hi folks...... NOW and AGAIN > THIS IS THE TIME TO CHANGE THE WORLD AGAIN > to A BETTER ONE .....
_____________________________________________________________________
PLEASE  CLICK ON &  LISTEN https://youtu.be/Us-TVg40ExM

Bez virů. www.avast.com

On Sun, 29 Mar 2020 at 21:25, Marco 45665 comoprima45@gmail.com [sastra-pembebasan] <sastra-pembebasan@yahoogroups.com> wrote:
 

  Pesan seorang Penderita Berat  CoViD-19  dan Kesaksian seorang Dokter Inggris di UK dan  seorang Jururawat Inggris di Italy.

Bez virů. www.avast.com

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)

.

__,_._,___

Minggu, 29 Maret 2020

[Media_Nusantara] Pesan seorang Pesan seorang Penderita Berat CoViD-19

 

  Pesan seorang Penderita Berat  CoViD-19  dan Kesaksian seorang Dokter Inggris di UK dan  seorang Jururawat Inggris di Italy.

Bez virů. www.avast.com

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

[Media_Nusantara] Re: [corruptionwatch] Seriuskah PEMDA menangani COVID-19

 

....MAKA adalah sangat bijaksana dengan Mata,Hati dan Pikiran yang terbuka > Jika SETIAP PEMDA MENANGANI dan MEMERANGI  PANDEMIE COVID - 19 dengan amat serious dan sekaligus Belajar dan mengambil Pelajaran dari banyak negara Dunia (seperti ITALY, SPANYOL, USA, UK dan banyak lagi ) yang sekarang sedang menghadapi Malapetaka Pandemie COVID  19 dengan dampak yang sangat mengerikan dan Kritis yang langsung menjurus ke KRISIS Kesehatan Penduduk, Krisis Ekonomi, Krisis Social dan Kehidupan Penduduk Negara2 yang bersangkutan ....

Motto : ** Jangan sekali2 bermain dengan Maut dan menggali Liang Kubur bagi diri sendiri  ...
             **  Bahwa Musuh terbesar adalah Ketidakpedulian dan Kebodohan diri sendiri ........








On Sun, 29 Mar 2020 at 04:34, Al Faqir Ilmi alfaqirilmi@yahoo.com [corruptionwatch] <corruptionwatch@yahoogroups.com> wrote:
 

Seriuskah PEMDA menangani COVID-19

By Erizeli Jely Bandaro

Saya perhatikan selama ini Abas sangat atraktif melakukan sosialisasi virus corona tetapi miskin tindakan yang efektif secara langsung bisa dirasakan untuk mengatasi penyebaran corona.  Mengapa saya katakan tanpa tindakan efektif ? karena sampai sekarang Abas telah membuat kebijakan begitu banyak untuk mengatasi penyebaran virus corona seperti perintah gubernur melakukan sosial distancing. Bahkan ada wacana mau lakukan lockdown. Tapi itu hanya omongan doang. Mengapa?

Sampai sekarang Abas belum melaksanakan realokasi APBD. Sesuai arahan Presiden, pemerintah daerah dalam hal ini gubernur dan DPRD wajib membahas relokasi anggaran yang mengutamakan pencegahan COVID-19. DKI hanya menggunakan biaya tidak terduga (BTT) dalam APBD 2020 senilai Rp 183 miliar untuk penanganan Corona. Namun dana tersebut dirasa masih kurang dan perlu pengalihan dari alokasi anggaran untuk penanganan Corona. Apalagi DKI menerapkan social distancing secara ekstrim. Menutup semua tempat keramaian dan wisata.

DKI punya anggaran sebesar Rp 87,95 Triliun. Sesuai perintah Presiden agar APBD itu di realokasi untuk COVID 19. Kalaulah anggaran non prioritas bisa dialokasikan untuk COVID-19, itu sedikitnya bisa mencapai 10% dari APBD atau Rp. 8,7 triliun. Itu besar sekali untuk memerangi COVID 19. Dengan begitu DKI punya uang untuk melakukan aksi nyata memerangi COVID-19. Punya uang beli sendiri masker dan bagikan gratis kepada Rakyat yang diwajibkan social distancing. Bagikan APD kepada paramedis dengan cepat. Beli alat rapid test agar bisa segera dilakukan test massal. Memberi BLT kepada mereka terkena dampak ekonomi akibat social distancing. Yang ada sekarang DKI hanya jadi distribusi dari hasil sumbangan publik dan anggaran BPBN.

Apapun kebijakan tanpa uang , itu hanya omong kosong. Padahal uang ada. Tetapi mengapa lambat sekali PEMDA melakukan realokasi APBD? Ini berkaitan dengan proyek yang sudah terlanjur dijanjikan kepada rekanan dan para stakeholder. Kalau terjadi realokasi, pasti banyak proyek batal atau tertunda. Padahal sebentar lagi mau PILKADA serentak. Semua partai butuh uang untuk jadi pemenang menempatkan kadernya jadi raja kecil di Daerah. 

Dengan belum adanya realokasi APBD apakah bisa dikatakan PEMDA serius memerangi COVID-19? Apakah sesuai dengan omongannya: engga penting Ekonomi, utamakan kemanusiaan.  Saran saya, udahan wacana yang engga jelas. Segera rapat DPRD dan GUBERNUR/Walikota/Bupati. Hapus semua anggaran non prioritas dan alihkan ke COVID1-19. Lakukan segera.! Kalau engga mau, sebaiknya DIAM!


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone


Bez virů. www.avast.com

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)

.

__,_._,___

Sabtu, 28 Maret 2020

[Media_Nusantara] Seriuskah PEMDA menangani COVID-19

 

Seriuskah PEMDA menangani COVID-19

By Erizeli Jely Bandaro

Saya perhatikan selama ini Abas sangat atraktif melakukan sosialisasi virus corona tetapi miskin tindakan yang efektif secara langsung bisa dirasakan untuk mengatasi penyebaran corona.  Mengapa saya katakan tanpa tindakan efektif ? karena sampai sekarang Abas telah membuat kebijakan begitu banyak untuk mengatasi penyebaran virus corona seperti perintah gubernur melakukan sosial distancing. Bahkan ada wacana mau lakukan lockdown. Tapi itu hanya omongan doang. Mengapa?

Sampai sekarang Abas belum melaksanakan realokasi APBD. Sesuai arahan Presiden, pemerintah daerah dalam hal ini gubernur dan DPRD wajib membahas relokasi anggaran yang mengutamakan pencegahan COVID-19. DKI hanya menggunakan biaya tidak terduga (BTT) dalam APBD 2020 senilai Rp 183 miliar untuk penanganan Corona. Namun dana tersebut dirasa masih kurang dan perlu pengalihan dari alokasi anggaran untuk penanganan Corona. Apalagi DKI menerapkan social distancing secara ekstrim. Menutup semua tempat keramaian dan wisata.

DKI punya anggaran sebesar Rp 87,95 Triliun. Sesuai perintah Presiden agar APBD itu di realokasi untuk COVID 19. Kalaulah anggaran non prioritas bisa dialokasikan untuk COVID-19, itu sedikitnya bisa mencapai 10% dari APBD atau Rp. 8,7 triliun. Itu besar sekali untuk memerangi COVID 19. Dengan begitu DKI punya uang untuk melakukan aksi nyata memerangi COVID-19. Punya uang beli sendiri masker dan bagikan gratis kepada Rakyat yang diwajibkan social distancing. Bagikan APD kepada paramedis dengan cepat. Beli alat rapid test agar bisa segera dilakukan test massal. Memberi BLT kepada mereka terkena dampak ekonomi akibat social distancing. Yang ada sekarang DKI hanya jadi distribusi dari hasil sumbangan publik dan anggaran BPBN.

Apapun kebijakan tanpa uang , itu hanya omong kosong. Padahal uang ada. Tetapi mengapa lambat sekali PEMDA melakukan realokasi APBD? Ini berkaitan dengan proyek yang sudah terlanjur dijanjikan kepada rekanan dan para stakeholder. Kalau terjadi realokasi, pasti banyak proyek batal atau tertunda. Padahal sebentar lagi mau PILKADA serentak. Semua partai butuh uang untuk jadi pemenang menempatkan kadernya jadi raja kecil di Daerah. 

Dengan belum adanya realokasi APBD apakah bisa dikatakan PEMDA serius memerangi COVID-19? Apakah sesuai dengan omongannya: engga penting Ekonomi, utamakan kemanusiaan.  Saran saya, udahan wacana yang engga jelas. Segera rapat DPRD dan GUBERNUR/Walikota/Bupati. Hapus semua anggaran non prioritas dan alihkan ke COVID1-19. Lakukan segera.! Kalau engga mau, sebaiknya DIAM!


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Jumat, 27 Maret 2020

Kamis, 26 Maret 2020

[Media_Nusantara] ITALIAN NIGHTMARE

 

ITALY TODAY
Virus Inferno che ha chiamato D CoVid -19 ( Virus Inferno that called D CoVid -19)

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

[Media_Nusantara] Re: #sastra-pembebasan# CoViD - 19

 

Sekali lagi NEW YORK-Lockdown  ( Sumber : Live > The New York Times ) - Lain pula Mexico
--------------------------------------------------------------------------------------------------------


On Fri, 27 Mar 2020 at 01:16, Marco 45665 comoprima45@gmail.com [sastra-pembebasan] <sastra-pembebasan@yahoogroups.com> wrote:
 

The Global Enemy that called : CoViD - 19

Berita dari segala Penjuru Dunia  
NEW YORK 
========================================================================

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)

.

__,_._,___

[Media_Nusantara] CoViD - 19

 

The Global Enemy that called : CoViD - 19

Berita dari segala Penjuru Dunia  
NEW YORK 
========================================================================

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Rabu, 25 Maret 2020

Re: [Media_Nusantara] Politik utang di balik Corona

 

Erizeli Jely Bandaro wrote: 
Semua berujung kepada total solution, buy low, sell high and pay later. Walau karena itu harus mengorbankan nyawa manusia dalam jumlah besar. Politisi memang bandit.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
> What principally Politics and Politicians is  ? ... ( in Global sense )
Igitur qui desiderat pacem, praeparet bellum et regem  - they talk (so much) about Democracy ,Human right and Peace, but  what they really think is (the future ) war and reign............................./ Marco/



---------- Forwarded message ---------
From: Al Faqir Ilmi alfaqirilmi@yahoo.com [Media_Nusantara] <Media_Nusantara@yahoogroups.com>
Date: Wed, 25 Mar 2020 at 03:51
Subject: [Media_Nusantara] Politik utang di balik Corona
To:

Politik utang di balik Corona

By. Erizeli Jely Bandaro

Italia memang suffering. Tetapi sejak tahun 2013, Italia sudah suffering karena gagal bayar utang. Sejak itu kisruh politik sebagai dampak krisis ekonomi terjadi. Tahun 2018, Italia mengalami perebutan kekuasaan yang dramatis antara populis dan anggota parlemen yang pro UE. Keadaan ini memicu krisis politik semakin memanas karena sejumlah kelompok gagal hasilkan pemerintahan koalisi baru. Walau akhirnya kisrus politik dapat solusi namun tahun 2019, Komisi Ekonomi Uni Eropa membunyikan 'alarm' atas kondisi ekonomi Italia. Italia mengarah ke resesi.

Ketika Virus Corona melanda Italia, Eropa panik dan dunia lebih panik. Kepanikan Eropa terhadap apa yang terjadi pada Italia beralasan. Karena Italia merupakan negara ketiga dengan ekonomi terbesar di Zona Eropa. Namun Italia juga memiliki tingkat hutang terbesar kedua di zona Eropa. Yang lebih konyol lagi adalah 36% utang negara Italia kepada investor asing, terutama China. Kini rasio utang nasional italia terhadap PDB mencapai 135% dengan nilai 2,3 triliun euro. 

Sejak Italia mengalami kasus corona terbesar kedua di dunia setelah Wuhan,  semua perundingan utang kepada Italia di tunda. Kalaulah akhirnya Italia dapat moratorium utang, maka dapat dipastikan ekonomi zona Eropa selamat dari resesi. Bisa saja corona membawa berkah excuse menyelesaikan kasus gagal bayar yang membuat eropa limbung dan sulit keluar dari krisis ekonomi.

Krisis utang Italia juga terjadi pada Amerika yang rasio utang terhadap PDB diatas 100%, Jepang juga. Semua negara ASEAN yang paling parah adalah Singapora dan Malaysia. Rasio utang Singapore terhadap PDB mencapai 110%. Itu artinya pendapatan rakyat setahun dibawah utang negara. Sementara Malaysia rasio utang mencapai 76%. Indonesia mendekati 30%. Rasio utang China berkisar 46% dari PDB, tidak jauh beda dengan Iran yang rasio utangnya mencapai 45% dari PDB. Rasio utang India berkisar 70% dari PDB. Di tengah pasar menyusut pendapatan turun, utang memang mimpi buruk. 

Semua negara yang berutang besar tersebut paling kencang teriak soal wabah corona.  Sementara negara lain seperti Pakistan, Bangladesh , Myanmar, Afrika dan Amerika latin, dan lainnya, memilih pasrah saja. Mau alasan apapuh mereka memang udah susah kalau ditagih utang.  Sementara Rusia rasio utang terhadap PDB hanya berkisar 15% termasuk sangat rendah dibandingkan dengan kekuatan ekonominya. Rusia tidak begitu terdengar mendramitisir kasus Corona. Sama dengan Korea Utara yang praktis nol hutang luar negeri. 

Dunia modern dunia propaganda. Tekhnologi yang terhebat dari abad 21 sekarang adalah teknologi informasi, yang membuat berita apapun bisa tersebar dalam hitungan detik tanpa ada batas ruang dan waktu. Kepanikan kasus COVID-19 memang ampuh memaksa dunia melihat penyelesaian utang dengan cara unconventional. Ya kalau bisa ada platform penyelesaian utang tanpa bayar utang. Entah  bagaimana skemanya. Setidaknya dengan adanya kasus corona, semua investor jahit dompet, dan negara berlomba lomba keluarkan stimulus alias cetak uang. Mata uang duniapun runtuh. Bursa jatuh. Mau tahan atau engga. Tetap  saja uang di dompet delusi.

Sebagai pemain pasar uang aliran fundamental, saya melihat persoalan menjelang resesi dunia selalu ada excuse, bisa perang , bisa pula wabah. Semua berujung kepada total solution, buy low, sell high and pay later. Walau karena itu harus mengorbankan nyawa manusia dalam jumlah besar. Politisi memang bandit.


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)

.

__,_._,___

[Media_Nusantara] Saran IDI Lockdown

 

Saran IDI Lockdown

By. Erizeli Jely Bandaro

Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) meminta agar pemerintah segera melakukan lockdown kalau tidak ingin penyebaran virus corona meluas. Saya tidak tahu lockdown seperti apa yang dimaksud oleh IDI. Lockdown itu sendiri artinya mengunci dengan benar benar mengunci. Apanya yang dikunci? Kalau ingin meniru negara lain, negara mana?  Apakah ingin meniru China yang lockdown Wuhan. Baik saya gambarkan secara sederhana lockdown di Wuhan. 

Ketika pemerintah pusat China mengumumkan Lockdown kota Wuhan, maka seluruh kekuasaan kota di bawah Militer. Kebetulan Panglima Tertinggi pengedalian wabah nasional adalah wanita, Jenderal. ia jarang tampil depan publik dan jarang bicara tetapi tindakannya jelas dan diikuti oleh semua institusi. Semua stasiun kereta, bus dan termasuk bandara di segel oleh aparat. Artinya tidak boleh ada operasional angkutan. Semua tempat keramaian di segel.  Setiap orang Wuhan di monitor oleh sistem IT melalaui gadget mereka. Artinya mereka harus download aplikasi yang memungkinkan pemerintah bisa mononitor aktifitas mereka setiap detik. 

Sistem IT ini yang menentukan status merah, kuning dan hijau mereka. Kalau merah, langsung petugas datang membawa mereka ke RS. Engga bisa nolak. Kalau kuning pemaksaan karantina diri di ruman dan di monitor setiap detik oleh petugas secara online.  Tidak boleh keluar rumah. Setiap kawasan apartement di jaga oleh militer. Kalau hijau, dapat konpensasi keluar rumah. Aplikasi pada gadget itu jadi passport mereka  kalau diperiksa oleh petugas. Setiap hari status itu bisa berubah. Tergantung hasil monitor. 

Selama lockdown itu praktis semua aktifitas bisnis berhenti. Tidak ada perusahaan dan pabrik buka kecuali tempat tertentu yang di izinkan, dan itupun SOP nya sangat ketat dibawah pengawasan aparat. Bagaimana mereka dapatkan makanan? lagi lagi melalui online. Pemerintah pastikan semua makanan harganya tidak naik. Negara melibatkan semua institusi untuk menjamin logistik dan memastikan makanan sampai di rumah setiap orang. Apakah makanan itu gratis? tidak. Tetap harus bayar melalui aplikasi online. Setiap orang China punya akun di WeChat. 

Pada waktu bersamaan pemerintah dengan cepat mengalih fungsikan semua gedung milik negara yang layak untuk dijadikan RS khusus Corona. Kurang? dengan cepat pemerintah membangun RS darurat disemua provinsi yang terpapar. Ribuan dokter Paramedis Militer dilibatkan langsung ke RS darurat tersebut. Semua manajemen berjalan secara IT sistem. Sekali komando di keluarkan oleh Presiden, sistem big data dan Egoverment China bekerja,  sehingga koordinasi berlangsung cepat dan efisien. Semua real time. Tidak ada istilah terlambat dalam hitungan menit apalagi jam, atau hari. Karena mereka berhitung detik. Semua lembaga riset juga bahu membahu menemukan vaksi dan menetukan jenis obat yang tepat untuk kasus corona.

Nah bayangkan. Ketika kota Wuhan di lockdown, semua bisnis berhenti. Kehidupan sehari hari di bawah pengawasan militer. Orang dipaksa tidak keluar rumah. Ngeyel? urusannya dengan aparat. Dan semua itu tidak ada konpensasi dari negara berupa uang kepada rakyat Wuhan. Kok bisa? ya karena  Wuhan itu 90% adalah kelas menengah, yang semua orang punya tabungan untuk bertahan hidup lebih dari tiga bulan. Tapi negara memberikan stimulus kepada semua perusahaan yang terkena dampak dari adanya Lockdown kota Wuhan tu. Konon katanya mencapai $174 billion atau setara dengan Rp. 2600 triliun. Itu tidak termasuk pemangkasan suku bunga. Sehingga ketika kota wuhan unlock,  mesin ekonomi kembali berputar untuk terjadinya sustainable growth. Dan akhirnya mereka jadi pemenang.

Nah apakah lockdown itu seperti itu yang kita mau? Jelas engga ada satupun negara yang bisa. Secara politik, ekonomi, budaya, agama tidak mendukung untuk bisa seperti China menghadapi wabah. Jerman yang hebat saja, hanya bisa mengeluarkan aturan melarang orang berkumpul lebih dari 2 orang. Semua negara di dunia jadi keliatan kampungan kalau melihat cara china memerangi wabah. Benar benar kampungan. Saya setuju kalau kita meniru jerman saja walau dibilang kampungan.


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Selasa, 24 Maret 2020

[Media_Nusantara] Politik utang di balik Corona

 

Politik utang di balik Corona

By. Erizeli Jely Bandaro

Italia memang suffering. Tetapi sejak tahun 2013, Italia sudah suffering karena gagal bayar utang. Sejak itu kisruh politik sebagai dampak krisis ekonomi terjadi. Tahun 2018, Italia mengalami perebutan kekuasaan yang dramatis antara populis dan anggota parlemen yang pro UE. Keadaan ini memicu krisis politik semakin memanas karena sejumlah kelompok gagal hasilkan pemerintahan koalisi baru. Walau akhirnya kisrus politik dapat solusi namun tahun 2019, Komisi Ekonomi Uni Eropa membunyikan 'alarm' atas kondisi ekonomi Italia. Italia mengarah ke resesi.

Ketika Virus Corona melanda Italia, Eropa panik dan dunia lebih panik. Kepanikan Eropa terhadap apa yang terjadi pada Italia beralasan. Karena Italia merupakan negara ketiga dengan ekonomi terbesar di Zona Eropa. Namun Italia juga memiliki tingkat hutang terbesar kedua di zona Eropa. Yang lebih konyol lagi adalah 36% utang negara Italia kepada investor asing, terutama China. Kini rasio utang nasional italia terhadap PDB mencapai 135% dengan nilai 2,3 triliun euro. 

Sejak Italia mengalami kasus corona terbesar kedua di dunia setelah Wuhan,  semua perundingan utang kepada Italia di tunda. Kalaulah akhirnya Italia dapat moratorium utang, maka dapat dipastikan ekonomi zona Eropa selamat dari resesi. Bisa saja corona membawa berkah excuse menyelesaikan kasus gagal bayar yang membuat eropa limbung dan sulit keluar dari krisis ekonomi.

Krisis utang Italia juga terjadi pada Amerika yang rasio utang terhadap PDB diatas 100%, Jepang juga. Semua negara ASEAN yang paling parah adalah Singapora dan Malaysia. Rasio utang Singapore terhadap PDB mencapai 110%. Itu artinya pendapatan rakyat setahun dibawah utang negara. Sementara Malaysia rasio utang mencapai 76%. Indonesia mendekati 30%. Rasio utang China berkisar 46% dari PDB, tidak jauh beda dengan Iran yang rasio utangnya mencapai 45% dari PDB. Rasio utang India berkisar 70% dari PDB. Di tengah pasar menyusut pendapatan turun, utang memang mimpi buruk. 

Semua negara yang berutang besar tersebut paling kencang teriak soal wabah corona.  Sementara negara lain seperti Pakistan, Bangladesh , Myanmar, Afrika dan Amerika latin, dan lainnya, memilih pasrah saja. Mau alasan apapuh mereka memang udah susah kalau ditagih utang.  Sementara Rusia rasio utang terhadap PDB hanya berkisar 15% termasuk sangat rendah dibandingkan dengan kekuatan ekonominya. Rusia tidak begitu terdengar mendramitisir kasus Corona. Sama dengan Korea Utara yang praktis nol hutang luar negeri. 

Dunia modern dunia propaganda. Tekhnologi yang terhebat dari abad 21 sekarang adalah teknologi informasi, yang membuat berita apapun bisa tersebar dalam hitungan detik tanpa ada batas ruang dan waktu. Kepanikan kasus COVID-19 memang ampuh memaksa dunia melihat penyelesaian utang dengan cara unconventional. Ya kalau bisa ada platform penyelesaian utang tanpa bayar utang. Entah  bagaimana skemanya. Setidaknya dengan adanya kasus corona, semua investor jahit dompet, dan negara berlomba lomba keluarkan stimulus alias cetak uang. Mata uang duniapun runtuh. Bursa jatuh. Mau tahan atau engga. Tetap  saja uang di dompet delusi.

Sebagai pemain pasar uang aliran fundamental, saya melihat persoalan menjelang resesi dunia selalu ada excuse, bisa perang , bisa pula wabah. Semua berujung kepada total solution, buy low, sell high and pay later. Walau karena itu harus mengorbankan nyawa manusia dalam jumlah besar. Politisi memang bandit.


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___