Rabu, 18 Maret 2020

[Media_Nusantara] Sebuah Alasan

 

Sebuah alasan 

By Erizeli Jely Bandaro

the fed memangkas suku bunga. Alasannya karena krisis ekonomi. Disamping itu upaya memacu sektor real semakin sulit sejak adanya covid 19 di mana permintaan menurun dan produksi juga menurun. Tapi yang mengemuka alasan yang sangat sulit di bantah adalah akibat covid 19. Sehingga tindakan diluar sistem memacu pertumbuhan ekonomi lewat Stimulus seakan mendapat pembenaran dari sebuah keniscayaan. Pertanyaan nya adalah apakah karena covid 19  perlu ada stimulus ekonomi ? Kalau ya, apakah pernah dihitung kerugian ekonomi akibat covid 19 . ? Sampai sekarang korban covid 19 ( china based record ) masih jauh lebih kecil dari korban virus influenza. Masih lebih banyak korban virus DBD. Apalagi dibandingkan dengan MERS dan SARS atau ebola. Tapi mengapa untuk wabah yang lain selain covid 19 tidak ada stimulus ?

Teman saya ahli komunikasi mengatakan,  sebetulnya dampak covid 19 tidak begitu luas secara ekonomi tetapi dampak  black campaign dalam bentuk hoax yang tadinya ditujukan untuk menggoyang stabilitas politik di china justru berbalik menyerang negara di luar china. Sementara di china sendiri hoax itu tidak ada pengaruh karena filter media massa dan sosial media yang begitu ketat.  Ketika china sudah berhasil memenangkan perang melawan covid 19, negara lain yang terkena wabah menerima kenyataan dimana rakyatnya secara kejiwaan sudah lebih dulu terpapar virus hoax yang membuat mereka sangat lemah, dan mudah panik.  Padahal tadinya itu yang diharapkan terjadi di china ketika wabah datang.

Ketika panik, apapun sudah tidak rasional. Kehidupan sosial, politik, terganggu. Gangguan berupa psikis inilah yang membuat masalah ekonomi tidak lagi rasional. Bursa jatuh, mata uang jatuh. Kejatuhan itu tidak lagi melihat data fundamental tetapi lebih kepada pertimbangan phsikis karena rumor covid 19 berupa hoax terus bertulir. Kalau tadi pertumbuhan ekonomi rasional di tengah krisis sebesar katakanlah 4% maka akibat covid 19 ini bisa jadi 2%. Penurunan kurs terjadi tidak rasional. 

Nah Pertanyaan terakhir. Tanpa berhitung secara rasional atau hanya dasar kepanikan saja,  apakah kita perlu korbankan ekonomi demi melindungi rakyat, demi alasan kemanusiaan? Kalau ya, maka yakinlah besok akan banyak bank rame rame minta insentif karena NPL sudah diatas ambang batas. Para konglomerat tersenyum bebas bayar utang. Kredit macet tadinya 2%, mendadak jadi 20%. APBN harus bailout. Kemudian, setiap  Pemda akan rame rame buat anggaran darurat covid 19, APBD sudah engga lagi teralokasi untuk fiskal. Dana kementerian untuk project khusus terpaksa di geser ke daerah. Dampaknya, investor akan rame rame jual SBN pindah ke obligasi dollar dan yuan atau emas.  Karena APBN habis hanya untuk  rescue korban covid 19. Ya mari rame rame hancurkan negeri ini...orang kaya tinggal angkat koper pergi dan yang tinggal hanya si miskin yang lapar

Jadi udah lah mendramatisir covid 19 ini secara berlebihan sehingga seenaknya ngomong abaikan ekonomi demi kemanusiaan. Ketahuilah satu satunya korban kemanusiaan yang buruk adalah membuat orang sehat tapi bokek karena nganggur  atau penghasilan  engga cukup untuk  makan layak . Itu nightmare all the time. Camkan itu.


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar