Ketua KPK Ngamuk, Meja Kursi Hancur Berantakan
Jakarta – KabarNet: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, naik pitam sampai membanting meja kursi di ruangan kantornya hingga hancur berantakan. Pasalnya, langkah Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng, terkait kasus suap Wisma Atlet, dicegah pimpinan KPK yang lain. Pencegahan inilah yang membuat Abraham berang, naik darah dan melampiaskan kemarahannya. Inilah informasi yang dirilis oleh Anggota DPR-RI, Ahmad Yani (PPP), dan Akbar Faisal (Hanura).
Terungkapnya berita ini bermula dari pesan singkat (SMS/BBM) yang beredar di kalangan tertentu, terkait langkah Ketua KPK Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Alfian Malarangeng. Peristiwa itu berawal ketika Ketua KPK Abraham Samad sudah siap hendak menandatangani surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Malarangeng. Namun langkah ini dicegah oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto, yang menyarankan agar menunda dulu rencana penangkapan tersebut. Pencegahan inilah yang membuat Abraham naik pitam. Kontan saja suara hiruk pikuk dari ruang kantor Abraham yang sedang membanting-banting meja kursi itu terdengar oleh banyak petugas KPK yang lain, dan tanpa diketahui siapa yang memulai tahu-tahu berita ini sudah beredar dan menjadi perbincangan anggota dewan.
Anggota Komisi III DPR-RI, Ahmad Yani, sangat menyesalkan terjadinya ketegangan antar Pimpinan KPK dalam proses investigasi dan penindakan atas kasus dugaan korupsi Wisma Atlet. Ahmad Yani mengaku dirinya mendapat informasi ini dari rekannya di Komisi III, Akbar Faisal. "Saya baru mendapatkan informasi ini dari rekan Akbar Faisal, dan Akbar Faisal mendapat informasi yang menurutnya kualifikasi A1. Kualifikasi A1 ini tentunya bukan perorangan, bukan anggota penyidik, tapi pasti dari Pimpinan KPK," ungkapnya kepada wartawan di Gedung DPR, Kamis (26/1/2012).
Lebih lanjut Ahmad Yani berpendapat, untuk menetapkan siapa tersangka kasus suap Wisma Atlet berikutnya tidak dibutuhkan kecerdasan khusus. Dengan melihat fakta-fakta yang yang terungkap di persidangan dan berdasarkan proses hukum acara, dari situ saja sudah cukup bisa diketahui siapa saja yang terlibat. "Dan orang yang akan ditetapkan tersangka itu adalah orang yang berkali-kali dipanggil KPK dan berkali-kali datang ke KPK," tandasnya.
Ahmad Yani menyayangkan kejadian dicegahnya Ketua KPK yang akan menangkap tersangka pelaku tindak pidana korupsi. Ia khawatir KPK tidak bisa diharapkan lagi untuk membongkar kasus-kasus lain yang melibatkan orang-orang tertentu yang memiliki akses ke kekuasaan dan finansial. Menurutnya, intergritas dan moralitas KPK saat ini betul-betul sedang dipertaruhkan. "Kalau KPK sudah dijadikan instrumen politik untuk melindungi partai politik tertentu dengan maksud tujuan tertentu, ini menjadi tidak adil buat partai lain dan orang lain. Yang tidak memiliki akses kekuasaan bisa digulung habis," pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPR-RI Akbar Faisal, meyakini kebenaran informasi tentang adanya perpecahan di tubuh pimpinan KPK. Akbar mengaku bahwa dirinya mendapatkan informasi tentang perpecahan di unsur pimpinan KPK langsung dari sumber di dalam lembaga tersebut. Diungkapkannya bahwa Ia mengenal dekat Ketua KPK Abraham Samad karena sama-sama berasal dari Sulawesi Selatan, disamping juga karena pekerjaan Akbar yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai wartawan.
Akbar berpendapat bahwa sangat masuk akal jika Abraham Samad sampai naik pitam sehingga membanting meja kursi di ruang kantornya lantaran ada pimpinan KPK lain yang berusaha menghalangi keputusan KPK untuk menangkap Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng. "Saya mengenal Abraham sebagai orang paling keras kepala yang saya kenal," ungkap Akbar kepada para wartawan usai menjadi pembicara dalam acara Forum Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, di Jakarta, pada hari Kamis (26/1/2012).
Saat ditanya siapa nama sumber informasi tentang berita persengketaan antar pimpinan KPK ini, Akbar menolak menyebutkan nama. Akan tetapi, lanjutnya, sebagai seorang yang pernah berprofesi sebagai wartawan, dirinya meyakini kebenaran informasi yang diperolehnya. Sebagai misal, Akbar mencontohkan bahwa dirinya juga pernah mendapat informasi tentang perpecahan di kalangan pimpinan KPK terkait kasus skandal mega korupsi Bank Century. "Waktu itu ada pimpinan KPK yang bilang kepada Abraham agar jangan mengikuti kemauan politikus DPR dalam kasus Century, karena menganggap DPR punya agenda," pungkasnya.
Analisa Redaktur KabarNet:
Dari hal-hal yang diungkapkan oleh Anggota Komisi III DPR, Akbar Faisal seperti yang tertulis di atas, dapat ditarik suatu benang merah bahwa informasi tersebut tentunya diperoleh Akbar dari Ketua KPK Abraham Samad sendiri. Mengingat kedekatan hubungan pribadi antara Abraham dan Akbar, disamping kaitan posisi Akbar di Komisi III DPR yang salah satu tugasnya mengontrol kinerja KPK, maka menjadi sangat logis dan manusiawi kalau Abraham mengeluhkan kendala-kendala yang dihadapinya kepada Akbar selaku temannya. Secara sederhana, ada dua hal yang bisa disimpulkan dari masalah ini:
1] Kemungkinan kebenarannya sangat besar soal berita tentang terjadinya perpecahan diantara personil unsur pimpinan KPK terkait langkah-langkah penindakan terhadap tersangka kasus suap Wisma Atlet.
2] Kemungkinan kebenarannya sangat besar, bahwa seandainya Ketua KPK Abraham Samad tidak dicegah oleh dua pimpinan yang lain, maka surat perintah penangkapan terhadap Anas dan Andi tersebut tentunya sudah ditanda-tangani. Atau dengan kata lain, andaikan langkah Abraham Samad tidak dihalangi, tentunya Ketum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan MENPORA Andi Malarangeng saat ini sudah meringkuk di balik jeruji besi penjara. [KbrNet/adl]
http://kabarnet.wordpress.com/2012/01/27/ketua-kpk-ngamuk-meja-kursi-hancur-berantakan/?shared=email&msg=fail
Perpecahan Pimpinan KPK bukan isapan jempol
Jakarta - Perseteruan antarpimpinan KPK, terutama Abraham Samad dan Bambang Widjojanto terkait dorongan menindaklanjuti penuntasan kasus dugaan korupsi Wisma Atlet yang ditengarai melibatkan petinggi Partai Demokrat seperti Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng ternyata bukan isapan jempol belaka.
Sebuah pesan di layanan Blackberry yang dikirim oleh Ketua KPK, Abraham Samad kepada salah seorang anggota DPR RI, jelas sekali memperlihatkan kekecewaannya karena perseteruan dalam rapat sampai bocor ke media.
"Kok bisa seperti ini, sampai ketahuan," kata Samad dalam pesan BBM yang ditunjukkan salah seorang anggota DPR RI yang enggan dikutip namanya, kepada gresnews.com, Jakarta, Sabtu (28/1).
Sebelumnya, tersiar kabar bahwa ada perbedaan pendapat antara Abraham Samad dan Bambang Widjajanto soal kasus Wisma Atlet. Bahkan, dalam rapat tersebut sampai terjadi insiden gebrak meja yang berakibat patahnya salah satu kaki meja yang ada di ruangan tersebut.
Dari kabar tersebut, Abraham menginginkan kasus Wisma Atlet dituntaskan dengan menetapkan petinggi Partai Demokrat sebagai tersangka. Namun Bambang Widjojanto tak ingin karena belum ada dua alat bukti untuk menetapkan status tersangka.
Redaktur : Oki Baren (oki@gresnews.com)
http://t.co/hc6V5O6D
Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto HALANGI Abraham Samad untuk MENGELUARKAN SURAT PENANGKAPAN terhadap Anas Urbaningrum dan Andi Alfian Malarangeng
Abraham Samad mulai geram dengan sikap pimpinan-pimpinan KPK yang lainnya. kemarin hari senin tanggal 23 Januari 2012, pada saat rapat pimpinan KPK terkait kasus Wisma Atlet, Abraham Samad memberikan sikap yang tegas terhadap para tersangka, bahkan Abraham Samad telah MENGELUARKAN SURAT PENANGKAPAN terhadap Anas Urbaningrum dan Andi Alfian Malarangeng, karena mereka bukan lagi sebagai TERDUGA, melainkan sudah menjadi TERSANGKA bagi KPK untuk menyelediki lebih lanjut. cuman sayang, ketika hendak menandatangani surat penangkapan itu, Abraham Samad dan pimpinan-pimpinan KPK yang lain melakukan rapat untuk menandatangani itu, Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto menyarankan untuk menunda dulu penangkapan itu dan mereka juga tidak bersedia menandatangani surat itu. DENGAN DEMIKIAN ABRAHAM SAMAD GERAM DAN MEMBANTING BEBERAPA MEJA DITEMPAT ITU HINGGA PATAH. Tapi sayang, wartawan tidak ada yang tahu tentang hal demikian, bahkan wartawan resmi KPK tidak mengetahui hal itu.
setelah kejadian itu, para Dewan Pembina Partai Demokrat berkumpul di Cikeas untuk membahas masalah itu. dalam pemberitaan media, pertemuan itu untuk merapatkan barisan supaya semakin solid dan kuat, padahal yang sebenarnya adalah untuk membahas RENCANA PENANGKAPAN ANAS URBANINGRUM dan ANDI ALFIAN MALARANGENG oleh KPK.
Busyro & bambang terus beda sikap dgn abraham samad. Sebelumnya mrka tolak sidik rek gendut dan century. Skrg mrka tolak tangkap anas dan andi. Setelah century, rek gendut dan penangkapan anas dan andi malarangeng yg dicegah oleh busyro & bambang, ntar pimp banggarpun jg mereka tolak. Rakyat indonesia harus sadar bhw pelemahan KPK skrg dimotori oleh bambam dan busyro. Mereka sdh jadi antek2 koruptor
Note : saat rapat pimpinan KPK untk penentuan tersangka baru dlm hal ini AU dan AM terkait kasus Wisma Atlet, Pandu dukung Abraham samad, busyro dan bambang menentang dan zulkarnain abstain.
Jakarta – KabarNet: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, naik pitam sampai membanting meja kursi di ruangan kantornya hingga hancur berantakan. Pasalnya, langkah Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng, terkait kasus suap Wisma Atlet, dicegah pimpinan KPK yang lain. Pencegahan inilah yang membuat Abraham berang, naik darah dan melampiaskan kemarahannya. Inilah informasi yang dirilis oleh Anggota DPR-RI, Ahmad Yani (PPP), dan Akbar Faisal (Hanura).
Terungkapnya berita ini bermula dari pesan singkat (SMS/BBM) yang beredar di kalangan tertentu, terkait langkah Ketua KPK Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Alfian Malarangeng. Peristiwa itu berawal ketika Ketua KPK Abraham Samad sudah siap hendak menandatangani surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Malarangeng. Namun langkah ini dicegah oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto, yang menyarankan agar menunda dulu rencana penangkapan tersebut. Pencegahan inilah yang membuat Abraham naik pitam. Kontan saja suara hiruk pikuk dari ruang kantor Abraham yang sedang membanting-banting meja kursi itu terdengar oleh banyak petugas KPK yang lain, dan tanpa diketahui siapa yang memulai tahu-tahu berita ini sudah beredar dan menjadi perbincangan anggota dewan.
Anggota Komisi III DPR-RI, Ahmad Yani, sangat menyesalkan terjadinya ketegangan antar Pimpinan KPK dalam proses investigasi dan penindakan atas kasus dugaan korupsi Wisma Atlet. Ahmad Yani mengaku dirinya mendapat informasi ini dari rekannya di Komisi III, Akbar Faisal. "Saya baru mendapatkan informasi ini dari rekan Akbar Faisal, dan Akbar Faisal mendapat informasi yang menurutnya kualifikasi A1. Kualifikasi A1 ini tentunya bukan perorangan, bukan anggota penyidik, tapi pasti dari Pimpinan KPK," ungkapnya kepada wartawan di Gedung DPR, Kamis (26/1/2012).
Lebih lanjut Ahmad Yani berpendapat, untuk menetapkan siapa tersangka kasus suap Wisma Atlet berikutnya tidak dibutuhkan kecerdasan khusus. Dengan melihat fakta-fakta yang yang terungkap di persidangan dan berdasarkan proses hukum acara, dari situ saja sudah cukup bisa diketahui siapa saja yang terlibat. "Dan orang yang akan ditetapkan tersangka itu adalah orang yang berkali-kali dipanggil KPK dan berkali-kali datang ke KPK," tandasnya.
Ahmad Yani menyayangkan kejadian dicegahnya Ketua KPK yang akan menangkap tersangka pelaku tindak pidana korupsi. Ia khawatir KPK tidak bisa diharapkan lagi untuk membongkar kasus-kasus lain yang melibatkan orang-orang tertentu yang memiliki akses ke kekuasaan dan finansial. Menurutnya, intergritas dan moralitas KPK saat ini betul-betul sedang dipertaruhkan. "Kalau KPK sudah dijadikan instrumen politik untuk melindungi partai politik tertentu dengan maksud tujuan tertentu, ini menjadi tidak adil buat partai lain dan orang lain. Yang tidak memiliki akses kekuasaan bisa digulung habis," pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPR-RI Akbar Faisal, meyakini kebenaran informasi tentang adanya perpecahan di tubuh pimpinan KPK. Akbar mengaku bahwa dirinya mendapatkan informasi tentang perpecahan di unsur pimpinan KPK langsung dari sumber di dalam lembaga tersebut. Diungkapkannya bahwa Ia mengenal dekat Ketua KPK Abraham Samad karena sama-sama berasal dari Sulawesi Selatan, disamping juga karena pekerjaan Akbar yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai wartawan.
Akbar berpendapat bahwa sangat masuk akal jika Abraham Samad sampai naik pitam sehingga membanting meja kursi di ruang kantornya lantaran ada pimpinan KPK lain yang berusaha menghalangi keputusan KPK untuk menangkap Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng. "Saya mengenal Abraham sebagai orang paling keras kepala yang saya kenal," ungkap Akbar kepada para wartawan usai menjadi pembicara dalam acara Forum Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, di Jakarta, pada hari Kamis (26/1/2012).
Saat ditanya siapa nama sumber informasi tentang berita persengketaan antar pimpinan KPK ini, Akbar menolak menyebutkan nama. Akan tetapi, lanjutnya, sebagai seorang yang pernah berprofesi sebagai wartawan, dirinya meyakini kebenaran informasi yang diperolehnya. Sebagai misal, Akbar mencontohkan bahwa dirinya juga pernah mendapat informasi tentang perpecahan di kalangan pimpinan KPK terkait kasus skandal mega korupsi Bank Century. "Waktu itu ada pimpinan KPK yang bilang kepada Abraham agar jangan mengikuti kemauan politikus DPR dalam kasus Century, karena menganggap DPR punya agenda," pungkasnya.
Analisa Redaktur KabarNet:
Dari hal-hal yang diungkapkan oleh Anggota Komisi III DPR, Akbar Faisal seperti yang tertulis di atas, dapat ditarik suatu benang merah bahwa informasi tersebut tentunya diperoleh Akbar dari Ketua KPK Abraham Samad sendiri. Mengingat kedekatan hubungan pribadi antara Abraham dan Akbar, disamping kaitan posisi Akbar di Komisi III DPR yang salah satu tugasnya mengontrol kinerja KPK, maka menjadi sangat logis dan manusiawi kalau Abraham mengeluhkan kendala-kendala yang dihadapinya kepada Akbar selaku temannya. Secara sederhana, ada dua hal yang bisa disimpulkan dari masalah ini:
1] Kemungkinan kebenarannya sangat besar soal berita tentang terjadinya perpecahan diantara personil unsur pimpinan KPK terkait langkah-langkah penindakan terhadap tersangka kasus suap Wisma Atlet.
2] Kemungkinan kebenarannya sangat besar, bahwa seandainya Ketua KPK Abraham Samad tidak dicegah oleh dua pimpinan yang lain, maka surat perintah penangkapan terhadap Anas dan Andi tersebut tentunya sudah ditanda-tangani. Atau dengan kata lain, andaikan langkah Abraham Samad tidak dihalangi, tentunya Ketum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan MENPORA Andi Malarangeng saat ini sudah meringkuk di balik jeruji besi penjara. [KbrNet/adl]
http://kabarnet.wordpress.com/2012/01/27/ketua-kpk-ngamuk-meja-kursi-hancur-berantakan/?shared=email&msg=fail
Perpecahan Pimpinan KPK bukan isapan jempol
Jakarta - Perseteruan antarpimpinan KPK, terutama Abraham Samad dan Bambang Widjojanto terkait dorongan menindaklanjuti penuntasan kasus dugaan korupsi Wisma Atlet yang ditengarai melibatkan petinggi Partai Demokrat seperti Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng ternyata bukan isapan jempol belaka.
Sebuah pesan di layanan Blackberry yang dikirim oleh Ketua KPK, Abraham Samad kepada salah seorang anggota DPR RI, jelas sekali memperlihatkan kekecewaannya karena perseteruan dalam rapat sampai bocor ke media.
"Kok bisa seperti ini, sampai ketahuan," kata Samad dalam pesan BBM yang ditunjukkan salah seorang anggota DPR RI yang enggan dikutip namanya, kepada gresnews.com, Jakarta, Sabtu (28/1).
Sebelumnya, tersiar kabar bahwa ada perbedaan pendapat antara Abraham Samad dan Bambang Widjajanto soal kasus Wisma Atlet. Bahkan, dalam rapat tersebut sampai terjadi insiden gebrak meja yang berakibat patahnya salah satu kaki meja yang ada di ruangan tersebut.
Dari kabar tersebut, Abraham menginginkan kasus Wisma Atlet dituntaskan dengan menetapkan petinggi Partai Demokrat sebagai tersangka. Namun Bambang Widjojanto tak ingin karena belum ada dua alat bukti untuk menetapkan status tersangka.
Redaktur : Oki Baren (oki@gresnews.com)
http://t.co/hc6V5O6D
Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto HALANGI Abraham Samad untuk MENGELUARKAN SURAT PENANGKAPAN terhadap Anas Urbaningrum dan Andi Alfian Malarangeng
Abraham Samad mulai geram dengan sikap pimpinan-pimpinan KPK yang lainnya. kemarin hari senin tanggal 23 Januari 2012, pada saat rapat pimpinan KPK terkait kasus Wisma Atlet, Abraham Samad memberikan sikap yang tegas terhadap para tersangka, bahkan Abraham Samad telah MENGELUARKAN SURAT PENANGKAPAN terhadap Anas Urbaningrum dan Andi Alfian Malarangeng, karena mereka bukan lagi sebagai TERDUGA, melainkan sudah menjadi TERSANGKA bagi KPK untuk menyelediki lebih lanjut. cuman sayang, ketika hendak menandatangani surat penangkapan itu, Abraham Samad dan pimpinan-pimpinan KPK yang lain melakukan rapat untuk menandatangani itu, Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto menyarankan untuk menunda dulu penangkapan itu dan mereka juga tidak bersedia menandatangani surat itu. DENGAN DEMIKIAN ABRAHAM SAMAD GERAM DAN MEMBANTING BEBERAPA MEJA DITEMPAT ITU HINGGA PATAH. Tapi sayang, wartawan tidak ada yang tahu tentang hal demikian, bahkan wartawan resmi KPK tidak mengetahui hal itu.
setelah kejadian itu, para Dewan Pembina Partai Demokrat berkumpul di Cikeas untuk membahas masalah itu. dalam pemberitaan media, pertemuan itu untuk merapatkan barisan supaya semakin solid dan kuat, padahal yang sebenarnya adalah untuk membahas RENCANA PENANGKAPAN ANAS URBANINGRUM dan ANDI ALFIAN MALARANGENG oleh KPK.
Busyro & bambang terus beda sikap dgn abraham samad. Sebelumnya mrka tolak sidik rek gendut dan century. Skrg mrka tolak tangkap anas dan andi. Setelah century, rek gendut dan penangkapan anas dan andi malarangeng yg dicegah oleh busyro & bambang, ntar pimp banggarpun jg mereka tolak. Rakyat indonesia harus sadar bhw pelemahan KPK skrg dimotori oleh bambam dan busyro. Mereka sdh jadi antek2 koruptor
Note : saat rapat pimpinan KPK untk penentuan tersangka baru dlm hal ini AU dan AM terkait kasus Wisma Atlet, Pandu dukung Abraham samad, busyro dan bambang menentang dan zulkarnain abstain.
__._,_.___
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar