Selasa, 19 Juli 2016

Pendiri Partai Demokrat Minta SBY Harus Mengundurkan Diri Atau Dilengserkan

Pendiri Partai Demokrat Minta SBY Harus Mengundurkan Diri Atau Dilengserkan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua umum Partai Demokrat. 

Desakan ini diutarakan salah satu pendiri Partai Demokrat, Hencky Luntungan sebagaimana dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL melalui saluran telepon, sesaat lalu. 

Menurut Hencky, selain alasan elektabilitas partai turun, juga karena sekarang SBY sedang menghadapi gugatan sejumlah kader bintang mercy baik di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat maupun Pengadilan Tata Usaha Negara Jakartta Timur. 

"Beliau tidak bisa mengadakan sebuah perbaikan. Dalam kondisi ini kan daya tariknya sudah enggak ada, wong  beliau presiden saja hancur partainya, apalagi beliau nggak presiden," ungkap Hencky. 

Jika hasil survei sebuah koran media nasional, elektabilitas Partai Demokrat anjlok hingga 4,5 persen, justru dari penghitungannya sudah hancur berantakan.


"(elektabilitas Partai Demokrat) Sudah tinggal tiga persen paling hebat," beber Hencky yang juga ketua Indobarometer ini.

Sebagai salah satu pendiri yang ikut berjuang dari titik tiada menjadi ada dan menang, ia berharap SBY legowo untuk mundur ketimbang partai ini lebih hancur. Pilihan lain, menurut dia, SBY dimundurkan dengan tidak hormat lewat Kongres Luar Biasa. 

"Kalau bicara pendiri, tentunya komunitas pendiri itu dari 99 orang kan tidak satu suara. Tapi kami asli pendiri, yang mendirikan partai ini, bukan partai ini diciptakan di Cikeas," tegasnya.

Hencky kembali menekankan, elektabilitas partai yang kian drop ini sulit untuk diselamatkan jika SBY tetap bercokol sebagai ketum. "Dengan menghadapi tiga masalah cukup berat, apalagi dia akan konsolidasikan, susah," cetusnya.

Menurut Hencky, selama ini SBY telah menjalankan sistem feodalisme di dalam kepartaian, bahkan ketika menjadi ketua dewan pembina. Satu per satu kader dan deklator di daerah langsung dipecat karena bersuara kritis. Hingga hanya tersisa satu deklator di Riau.  

"Apalagi ketika dia melibatkan Ibas (Edhie Baskoro), yang tidak tahu apa-apa tentang partai ini. Kemudian dia melangkahi dan melupakan sejarah partai ini bahwa partai ini hanya didirikan di Cikeas, itu sangat naif, itu bahaya," pungkas sosok yang juga terlibat dalam Badan Penyelamat Partai Demokrat yang melengserkan Anas Urbaningrum ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar