Rabu, 13 Maret 2013

[Media_Nusantara] Toleransi 0,001 Gram, Bisa Susut 2 Ons - Awas, Gas Melon Anda Kentut!

 

Toleransi 0,001 Gram, Bisa Susut 2 Ons - Awas, Gas Melon Anda Kentut! 



Sejumlah agen elpiji 3 kg resah ketika ada wacana penyegelan ulang tabung setelah diisi dari stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE). Keresahan itu muncul karena selama ini berat isi elpiji sering tidak pas. Mereka khawatir menjadi sasaran komplain masyarakat. Benarkah isi elpiji 3 kg sering tak utuh? Berikut penelusuran koran ini.

MENELUSURI elpiji 3 kg yang isinya tidak sesuai dengan standar bukan perkara sulit. Cukup menakar isinya pada sebuah timbangan digital. Dari situ akan ketahuan isinya pas 8 kg atau tidak. Berat 8 kg itu didapat dari bobot tabung kosong 5 kg ditambah 3 kg isi.

Memang, tidak semua berat elpiji 3 kg susut. Namun, berdasar hasil penelusuran koran ini, menemukan "gas melon'' yang "kentut" juga tergolong mudah. Di antara lima pembelian elpiji 3 kg di tempat berbeda, ada empat yang ukurannya tidak pas.

Setelah ditimbang berkali-kali dengan dua alat berbeda, ternyata berat empat tabung elpiji itu kurang dari 8 kg. Rata-rata susut mendekati 2 ons. Empat tabung beserta isinya yang didapat koran ini berbobot masing-masing 7,880 kg; 7,8650 kg; 7,8550; dan 7,870 kg. Kebetulan, tabung itu bersegel GTP (diisi oleh SPPBE PT Gubah Tiara Perkasa).

Satu di antara empat elpiji 3 kg tersebut dibeli dari penjual eceran di kawasan pinggiran Surabaya Barat. Penjualnya sebut saja bernama Sri. Dia selama ini berjualan elpiji sembari membuka warung kaki lima. Ketika diberi tahu bahwa berat elpiji yang dijualnya tidak pas, Sri tidak terkejut. Dia mengaku biasa menemui hal semacam itu.

Sri menyebutkan, dirinya dan suami kerap mendapati elpiji yang ukurannya tidak sesuai ketika kulakan di pangkalan. ''Selama ini saya kulakan di pangkalan daerah Manukan dan Tubanan. Di Manukan itu sering ada elpiji yang beratnya enteng,'' ujarnya.

Sri menambahkan, elpiji yang beratnya tidak sesuai bisa diketahui saat diangkat. Suami Sri biasanya peka terhadap hal seperti itu. Jika dirasa agak ringan, suami Sri meminta ditukar dengan elpiji lain. ''Kalau kurangnya cuma 2 ons seperti ini, ya tidak terlalu terasa saat diangkat,'' ujar Sri saat diberi tahu berat elpiji yang dijualnya kurang sekitar 2 ons.

Meski hanya 2 ons, sejatinya masyarakat sebagai konsumen tetap dirugikan. Jika harga beli elpiji 3 kg sebesar Rp 13 ribu, bisa diartikan harga per ons gas itu Rp 433. Jika kentutnya gas di dalam elpiji sekitar 2 ons, masyarakat bisa dirugikan Rp 866 per tabung. Jumlah rupiah yang terjadi akibat kentutnya gas itu memang terlihat kecil di tingkat konsumen. Tetapi, bagaimana jika hal tersebut terjadi di tingkat agen.

Alur distribusi gas elpiji memang dimulai dari agen. Oleh Pertamina, setiap agen dijatah antara 2-4 truk elpiji. Setiap hari truk-truk itu melakukan pengisian di SPPBE yang telah ditunjuk Pertamina. Setelah dilakukan pengisian dan penyegelan dari SPPBE, elpiji diserahkan lagi ke agen. Kemudian agen mendistribusika n ke pangkalan-pangk alan. Pangkalan itulah yang melayani penjual eceran ataupun konsumen langsung.

Bisa dibayangkan, berapa banyak gas elpiji yang kentut jika setiap hari satu agen rata-rata mengisi satu truk elpiji kosong (satu truk itu umumnya mampu mengangkut sekitar 560 tabung). Hal itulah yang menimbulkan keresahan ketika muncul kebijkan penyegelan ulang di tingkat agen.

Salah seorang agen di Surabaya yang mengaku bernama Bagio mengatakan, susutnya "gas melon" tersebut bukan hal baru. Dia menyatakan sering mengecek secara acak setelah mengisi di SPPBE. Hasilnya, memang ada penyusutan.

Namun, Bagio tak bisa mengecek seluruh elpiji yang baru saja diisi di SPPBE. Sebab, hal itu bakal mengganggu proses distribusi elpiji ke pangkalan dan konsumen. ''Tidak mungkin kami menimbangi satu per satu elpiji yang sudah diisikan ke SPPBE. Sebab, sekali pengisian bisa dua truk, ya sekitar 1.200 tabung,'' paparnya.

Menurut Bagio, hampir di setiap SPPBE terjadi pengisian yang tidak pas. Terlebih, itu terjadi pada SPPBE swasta. Pengisian elpiji 3 kg memang dilakukan dua SPPBE, yakni swasta dan milik Pertamina.

SPPBE swasta merupakan filling plant milik pihak ketiga (swasta), yang bertugas mengangkut, mengisikan, dan menyerahkan elpiji dalam bentuk tabung ataupun curah kepada agen yang ditunjuk Pertamina. Stok elpiji di SPPBE merupakan milik Pertamina (sistem konsinyasi). Selain SPPBE swasta, ada SPPBE COCO. Kepemilikan dan kepengurusan SPPBE tersebut ditangani Pertamina.

Karena ada SPPBE yang "belum pasti pas", Bagio berkeberatan jika dilakukan penyegelan oleh agen. Sebab, dalam segel itu nanti tertera identitas agen. ''Kami kan akhirnya jadi sasaran komplain. Padahal, kami menerima isinya dari SPPBE ya seperti itu,'' jelasnya.

Sementara itu, SPPBE PT Gubah Tiara Perkasa yang kebetulan elpiji hasil pengisiannya ditemukan tidak pas menyangkalnya. ''Pengisian yang kami lakukan itu menggunakan mesin otomatis. Tidak mungkin isinya bisa kurang. Kalaupun kurang, pasti tabung terlempar keluar dari mesin (pengisian),'' jelas Widi Nugroho, pengawas dari SPPBE PT GTP.

Menurut dia, mesin pengisian gas di SPPBE-nya memiliki toleransi kekurangan takaran yang sangat minim. Toleransinya kurang dari 0,001 mg. ''Saya yakin pengisian di tempat kami sangat tepat. Jadi, tidak mungkin ada tabung dengan segel perusahaan kami yang isinya kurang pas,'' sangkal Widi.

Pada bagian lain, Assistant Customer-Extern al Relation PT Pertamina Marketing Operation Region V Rustam Adji juga menyangsikan adanya gas 3 kg yang isinya kurang. Menurut dia, sering kali masyarakat melihat isi tabung elpiji dengan patokan alat ukur tekanan gas.

''Memang pernah ada laporan seperti itu, tapi ternyata masyarakat ngukur dengan alat tekanan gas yang kini banyak terdapat pada regulator. Seharusnya lebih valid jika ngukur dengan timbangan berat,'' papar Rustam.

Dia menambahkan, selama ini alat-alat pengisian di SPPBE juga menjalani pengecekan dari balai metrologi.

Seperti halnya SPBU, Pertamina sebenarnya juga memiliki standar mutu khusus untuk SPPBE. Jika pada SPBU ada istilah Pertamina Way atau biasa dikenal dengan istilah Pasti Pas, pada SPPBE ada istilah Gas Way. Gas Way merupakan sebuah sertifikasi dari lembaga sertifikasi independen yang telah ditunjuk Pertamina sebagai acuan standardisasi pengelolaan SPPBE yang sesuai dengan nilai-nilai kualitas mutu Pertamina.

Menurut Rustam, standar mutu Gas Way lebih tinggi daripada standar yang ditetapkan pemerintah. Sayang, belum semua SPPBE di Surabaya maupun Jawa Timur lolos sertifikasi tersebut. Dengan demikian, standar mutu mereka masih berdasar standar umum dari pemerintah.

Dia juga mengklaim Pertamina sangat ketat dalam pengawasan elpiji bersubsidi itu. Pengawasan tidak hanya dilakukan di SPPBE, tetapi juga di tingkat agen dan pangkalan. Di antara sejumlah kasus yang ada, praktik curang pengurangan isi elpiji 3 kg sering terjadi di tingkat pengecer. (gun/c7/fat)

Di SPPBE

Bisa terjadi pengisian yang kurang pas. Seharusnya berat total tabung elpiji dan isinya adalah 8 kg lebih. Sebab, berat bersih tabung 5 kg, sedangkan isinya harus 3 kg.

Pada tabung dari konsumen biasanya masih ada sisanya sedikit. Itu bisa dibuktikan dengan menjemur tabung sebentar, kemudian memakainya lagi.

Di Agen atau Pangkalan


Terjadi praktik penyuntikan elpiji untuk memindahkan gas bersubsidi ke tabung-tabung nonsubsidi. Isi tabung melon dimasukkan ke dalam tabung 12 kg untuk dijual dengan harga nonsubsidi.

Ada juga yang menyuntikkan isi tabung melon ke tabung-tabung kompor portabel.



terkait berita diatas:
Bolehkah ? : dalam melakukan pengisian gas elpiji di salah satu stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPPBE) di Gresik, pada tempat dan saat yg sama mengisi Jenis Tabung Elpiji yang berbeda dgn Harga yg berbeda pula !!!! (LPG 3kg, 12kg, 50kg), konon SPPBE ini sangat kebal hukum, dan lagi hampir semua pejabat PERTAMINA tidak berani sentuh dan mempermasalahkan SPPBE ini (menurut info bila ada pejabat Pertamina yg mempermasalahkan, pengusaha SPPBE ini mampu segera menggesernya) karena mendapat backing dari Direksi Pertamina akibatnya seluruh tatanan dan atau tata niaga LPG sudah pasti mereka abaikan, ... Jangan2x SPPBE ini juga menjadi tempat Omplosan resmi nih !!! (Gambar diambil dr koran Jawa Pos)


__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar