SIARAN PERS
AJI Jakarta Pilih Empat Karya Jurnalistik Terbaik 2015
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengumumkan
pemenang Apresiasi Jurnalis Jakarta (AJJ) 2015 di Festival Media 2015
yang digelar di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Minggu, 15 November
2015. Apresiasi Jurnalis Jakarta bertujuan untuk mendorong lahirnya
karya-karya jurnalistik berkualitas.
Dari 80 karya yang masuk ke panitia, juri merasa tidak puas dengan
karya-karya tersebut. Tidak ada karya yang menonjol untuk dijadikan
"yang terbaik". Namun juri mengapresiasi usaha jurnalis Jakarta yang
menyajikan karya yang bermanfaat untuk publik dan berpengaruh. Juri
menilai kemampuan menggali data di lapangan, menembus narasumber yang
tepat, orisinalitas, penulisan atau penyajian serta bahasa, dan
etika jurnalistik.
Setelah melalui proses penjurian, juri memutuskan ada empat pemenang
Apresiasi Jurnalis Jakarta 2015, masing-masing untuk kategori media
cetak, online, televisi dan foto. Sementara untuk kategori radio, juri
memutuskan tidak ada pemenangnya. Karya-karya itu dinilai secara
kolektif oleh lima juri yakni Ging Ginanjar (BBC Indonesia), Nezar
Patria (Thejakartapost.com), Feri Latief (AJI Jakarta), Wahyu
Dhyatmika (Tempo), dan Monique Rijkers (Jawa Pos TV).
Pemenang untuk kategori media cetak adalah karya jurnalistik dengan
judul "Sekutu Bisnis Anak Hakim" karya Sukma Nugraha dari Tempo. Karya
ini mengungkap skandal bisnis anak-anak hakim agung dan pengacara.
Jurnalis yang menulis berita ini mampu memberikan data dan bukti
hubungan bisnis antara anak hakim agung dan pengacara dalam satu usaha
patungan rumah sakit. Menurut juri, cerita karya ini menarik, tapi tak
menggambarkan konflik kepentingan antara hakim agung dan pengacara
dalam suatu perkara.
Sedangkan kategori media online karya terbaik adalah jenis reportase
serial bersambung kerusuhan di Tolikara, Papua, berjudul "Kisah
Kristen Tolikara Hibahkan Tanah Ulayat untuk Musala" karya Aghnia
Adzkia dari CNNIndonesia.com. Karya ini dianggap memberikan sisi lain
dari kerusuhan Tolikara yang berbungkus isu SARA. Si jurnalis datang
langsung ke tempat kejadian dan mewawancarai tokoh-tokoh terkait,
sehingga cerita bisa dikemas apik.
Sementara pemenang untuk kategori televisi jenis reportase dengan
judul "Sarjana Instan" karya Mercylia Marlisa Tirayoh dari KompasTV
yang mengungkap skandal ijazah illegal yang melibatkan dosen dan
perguruan tinggi. Karya ini membuka modus praktik calo pembuatan
ijazah aspal atau asli tapi palsu.
Terakhir karya foto bercerita dimenangkan Rommy Pujianto dari Harian
Media Indonesia dengan judul "Suami Istri di Pusaran Korupsi". Juri
menilai sang fotografer jeli mengambil foto tersangka dan terdakwa
korupsi yang diajuka ke pengadilan, lalu merangkumnya. Dalam satu
foto cerita dengan pesan yang sangat jelas, keterlibatan suami dan
istri beberapa pejabat publik dalam perkara korupsi.
"Untuk karya foto cerita yang lainnya cenderung menggunakan pendekatan
dokumenter dan bertutur secara kronologis dan dikerjakan dalam waktu
yang relatif pendek. Sementara Rommy menyajikan cerita dari beberapa
kejadian dengan bentang waktu yang relatif lama," kata anggota juri
Ferry Latief.
Sementara untuk kategori radio, para juri memutuskan tidak ada
pemenangnya. Kelima juri AJJ beralasan tidak ada karya yang layak
untuk dimenangkan. "Tidak ada magnet, tidak ada suatu yang baru, tidak
ada sesuatu yang 'nembak'. Sehingga tidak ada standar yang membuat ini
layak menang," kata anggota juri Ging Ginanjar.
Masing-masing pemenang berhak memperoleh sertifikat dan hadiah uang
tunai masing-masing kategori sebesar Rp 5 juta.
Lomba jurnalistik yang diselenggarakan AJI Jakarta ini telah dimulai
sejak 2002 dan diumumkan setiap tahun. Lewat lomba ini AJI Jakarta
ingin mendorong para jurnalis dan media untuk terus meningkatkan
kualitas karya-karya jurnalistiknya dan memberi manfaat bagi publik.
Contact Person
Ahmad Nurhasim, Ketua AJI Jakarta 081283949524
Pebriansyah Ariefana (Eby), Koordinator AJJ 085697363765
AJI Jakarta Pilih Empat Karya Jurnalistik Terbaik 2015
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengumumkan
pemenang Apresiasi Jurnalis Jakarta (AJJ) 2015 di Festival Media 2015
yang digelar di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Minggu, 15 November
2015. Apresiasi Jurnalis Jakarta bertujuan untuk mendorong lahirnya
karya-karya jurnalistik berkualitas.
Dari 80 karya yang masuk ke panitia, juri merasa tidak puas dengan
karya-karya tersebut. Tidak ada karya yang menonjol untuk dijadikan
"yang terbaik". Namun juri mengapresiasi usaha jurnalis Jakarta yang
menyajikan karya yang bermanfaat untuk publik dan berpengaruh. Juri
menilai kemampuan menggali data di lapangan, menembus narasumber yang
tepat, orisinalitas, penulisan atau penyajian serta bahasa, dan
etika jurnalistik.
Setelah melalui proses penjurian, juri memutuskan ada empat pemenang
Apresiasi Jurnalis Jakarta 2015, masing-masing untuk kategori media
cetak, online, televisi dan foto. Sementara untuk kategori radio, juri
memutuskan tidak ada pemenangnya. Karya-karya itu dinilai secara
kolektif oleh lima juri yakni Ging Ginanjar (BBC Indonesia), Nezar
Patria (Thejakartapost.com), Feri Latief (AJI Jakarta), Wahyu
Dhyatmika (Tempo), dan Monique Rijkers (Jawa Pos TV).
Pemenang untuk kategori media cetak adalah karya jurnalistik dengan
judul "Sekutu Bisnis Anak Hakim" karya Sukma Nugraha dari Tempo. Karya
ini mengungkap skandal bisnis anak-anak hakim agung dan pengacara.
Jurnalis yang menulis berita ini mampu memberikan data dan bukti
hubungan bisnis antara anak hakim agung dan pengacara dalam satu usaha
patungan rumah sakit. Menurut juri, cerita karya ini menarik, tapi tak
menggambarkan konflik kepentingan antara hakim agung dan pengacara
dalam suatu perkara.
Sedangkan kategori media online karya terbaik adalah jenis reportase
serial bersambung kerusuhan di Tolikara, Papua, berjudul "Kisah
Kristen Tolikara Hibahkan Tanah Ulayat untuk Musala" karya Aghnia
Adzkia dari CNNIndonesia.com. Karya ini dianggap memberikan sisi lain
dari kerusuhan Tolikara yang berbungkus isu SARA. Si jurnalis datang
langsung ke tempat kejadian dan mewawancarai tokoh-tokoh terkait,
sehingga cerita bisa dikemas apik.
Sementara pemenang untuk kategori televisi jenis reportase dengan
judul "Sarjana Instan" karya Mercylia Marlisa Tirayoh dari KompasTV
yang mengungkap skandal ijazah illegal yang melibatkan dosen dan
perguruan tinggi. Karya ini membuka modus praktik calo pembuatan
ijazah aspal atau asli tapi palsu.
Terakhir karya foto bercerita dimenangkan Rommy Pujianto dari Harian
Media Indonesia dengan judul "Suami Istri di Pusaran Korupsi". Juri
menilai sang fotografer jeli mengambil foto tersangka dan terdakwa
korupsi yang diajuka ke pengadilan, lalu merangkumnya. Dalam satu
foto cerita dengan pesan yang sangat jelas, keterlibatan suami dan
istri beberapa pejabat publik dalam perkara korupsi.
"Untuk karya foto cerita yang lainnya cenderung menggunakan pendekatan
dokumenter dan bertutur secara kronologis dan dikerjakan dalam waktu
yang relatif pendek. Sementara Rommy menyajikan cerita dari beberapa
kejadian dengan bentang waktu yang relatif lama," kata anggota juri
Ferry Latief.
Sementara untuk kategori radio, para juri memutuskan tidak ada
pemenangnya. Kelima juri AJJ beralasan tidak ada karya yang layak
untuk dimenangkan. "Tidak ada magnet, tidak ada suatu yang baru, tidak
ada sesuatu yang 'nembak'. Sehingga tidak ada standar yang membuat ini
layak menang," kata anggota juri Ging Ginanjar.
Masing-masing pemenang berhak memperoleh sertifikat dan hadiah uang
tunai masing-masing kategori sebesar Rp 5 juta.
Lomba jurnalistik yang diselenggarakan AJI Jakarta ini telah dimulai
sejak 2002 dan diumumkan setiap tahun. Lewat lomba ini AJI Jakarta
ingin mendorong para jurnalis dan media untuk terus meningkatkan
kualitas karya-karya jurnalistiknya dan memberi manfaat bagi publik.
Contact Person
Ahmad Nurhasim, Ketua AJI Jakarta 081283949524
Pebriansyah Ariefana (Eby), Koordinator AJJ 085697363765
__._,_.___
Posted by: ajijak@cbn.net.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar