Senin, 21 Mei 2012

[Media_Nusantara] Korupsi Busuk & Mark-up Pengadaan Radar ATC

 

Korupsi Busuk & Mark-up Pengadaan Radar ATC
by @TrioMacan2000

Sekitar 2 minggu yang lalu saya tanya ke pak @saididu mantan sesmeneg BUMN terkait rusak/ tdk berfungsinya RADAR ATC di soetta airport. Saya tanya ke beliau krn dapat info "orang dalam" yg mengeluhkan tak berfungsinya radar. Pak @chappyhakim jg pernah utarakan yg sama. Pak @chappyhakim sbg pilot dan mantau KASAU tentu tahu persis kondisi Radar ATC SHIA yg bermasalah. Jutaan nyawa penumpang jd taruhannya

Pak @saididu langsung tanya ke pejabat tinggi di SHIA. Jawabannya : Tidak benar. Radar ATC SHIA baik2 saja. Alhamdulillah... Namun, kemudian terjadi musibah Shukoi. Lalu pengakuan seorg Pilot di Majalah Tempo. Kawasan udara Soekarno Hatta sdh sperti "Neraka". Sang Pilot Capt. Ervin Aditya mengungkapkan Radar ATC SHIA "buta". Tak tahu kondisi cuaca sekitar bandara Soetta. Radar tak bisa baca !. Radar ATC SHIA juga tak bisa baca posisi semua pesawat yg ada di atasnya. Sering "blind". Sdh banyak kasus "nyaris tabrakan" di udara. Pilot2 pesawat di udara SHIA lbh bnyk mengandalkan radar pesawat mereka dibandingkan radar ATC SHIA. Keselamatan penerbangan RI terancam

Knp masalah RADAR ATC SHIA itu tdk bisa terpecahkan selama bbrp tahun? Ada apakah ini? Apakah msh mau menunggu jatuhnya ratusan korban?

Kompleksitas masalah Radar ATC terkait dengan "bisnis dan korupsi" pengadaan Radar ATC SHIA. Ada tangan2 kekuasaan bermain. RI adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Punya banyak bandara. Jadi pasar terbesar radar dunia. Ini bisnis triliunan rupiah. Pengadaan Radar utk ATC atau penerbangan sipil selama ini dikuasai perusahaan Radar Perancis : Thales cs. Mereka main mark up disini. diduga keras mrka joint dgn pusat kekuasaan. Ada Tri Sunoko dirut AP II yg sohib ani sby. Ada Surattp komut AP II yg ketua yayasan cikeas. Mrka brsma produsen Radar : Thales & Thomson berkolusi. Ketika AP I pilih Radar lain yg sama kualitasnya dan lebih murah, AP I diserang. Direksi AP I yg tak mau kolusi mark up Radar dan ambil dari Thales dan Thomson dilaporkan ke polisi, jaksa dan KPK. Babak belur. Bonyok. Mark up Radar ini mmg sulit banget diusut. Karena Thales dan Thomson selalu keluarkan produk yg berbeda2 speknya.. Thales dan Thompson "terpaksa" pertahankan mark up : utk tutupi mark up pengadaan sebelumnya dan utk setoran ke pusat2 kekuasaan

Ketika pengadaan Radar ATC SHIA mau dilakukan, pihak Thales harus buat produk Radar yg "berbeda". Agar mark up tdk bisa dibuktikan. Proyek senilai 560 milyar ini "diamankan". BPPT tdk dilibatkan agar modus "modifikasi" radar yg jadi alasan mahalnya harga tdk terendus. Modus "modifikasi" ini modus usang. Pengadaan barang Hi- tech selalu pakai modus ini agar mark up tdk "terlihat". Modifikasi "seolah2"

Kita sering temukan fakta bhw harga2 beli pesawat, senjata, kapal, radar dst. Oleh RI selalu lbh mahal dibandikan harga beli negara lain

Kembali ke radar ATC SHIA, proses pengadaan radar SHIA utk menggantikan radar lama yg sdh "buta tuli" itu akhirnya makan waktu lama. Direksi AP II, produsen dan kroni2nya sibuk susun skenario agar korupsi busuk dan mark up pengadaan bisa terlihat aman scra teknis. Akibatnya : nyawa penumpang& pesawat jd tumbalnya. Dirut Tri Sunoko, Komut Suratto harus bertanggungjawab atas setiap kecelakan pesawat. Harusnya pengadaan Radar ini tdk usah tender. SBY terbitkan Perpres. Bentuk tim. Libatka BPPT, ITB dan TNI. Cari yg terbaik& termurah

Hentikan korupsi ratusan milyar yg terjadi pada setiap pengadaan Radar ATC di seluruh Indonesia. Rakyat sdh muak pada elit yg korup !!!

Sekian dan terima kasih. Semoga besok lusa dan masa mendatang, tidak ada lagi korban pesawat akibat Radar buta tuli AP II. Tks

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar