Senin, 29 April 2019

[Media_Nusantara] Re: [nasional-list] Menjadi Petugas KPPS Pemilu Serentak Itu Berat, Cukup Sekali Saja

 

Pemilu Serentak Itu Berat, Cukup Sekali Saja  ..............
Suatu Alasan dan ataupun Keluhan yang sangat logis dan sangat bisa dipahami dan dimengerti, mengingat bahwa :
1. Melaksaksanakan PEMILU untuk Masyarakat Bangsa yg besar dengan jumblah Penduduk 25O Juta (atau di sekitar 15O Juta  Potensial Pemilihnya di-atas 18 thn )
    dan lebih2 di negara Kepulauan seperti Indonesia yg terdiri dari RIBUAN PULAU adalah jelas sangat  Jauh dan jauh lebih berat dan berbeda -
    dibandingkan dengan Negara Kecil dengan  jumblah Penduduknya yang dibawah 1O Juta orang..... 
2. Adalah juga SUATU SIKON PEMILU yang sangat jauh berbeda kendatipun PEMILU semacam itu dilaksanakan di negara2 Besar yang kendatipun jumbelah 
   penduduknya juga sangat besar > melebihi 1OO juta , Namun Negaranya terdiri atau terletak pada dari sebuah KONTINENT atau BENUA  BESAR YANG SATU
    ( Contoh : CHINA, INDIA, AMERIKA SERIKAT, RUSIA , EU, AUSTRALIA , KANADA dan NEGARA2 AMERIKA LATIN, bahkan NEGARA2 di BENUA  AFRIKA)
3. Bahwa SIKON SETIAP PEMILU pun di setiap BENUA tsb diatas dan dalam SIKON NEGARANYA  masing2 pada Umumnya - dan juga sehubungan dengan SIKON PEMILU di Indonesia Khususnya , baik dari segi TEKNIS , EKONOMI, ORGANISASI serta PERLENGKAPAN atau FASILITAS PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN  PEMILU di-masing2 Negara tsb diatas  jelas sangat jauh berbeda, tergantung konkret yang ada dan dipunyai Negara2 atau bangsa2 yang bersangkutan.
3..  DAN SANGAT BERBEDA PULA  Level atau Tingkat BUDAYA  dan MENTALITAS UMUMNYA dari BANGSA2 YANG BERSANGKUTAN . ( BUDAYA Politik,
Tradisi dan Kebudayaan , Budaya HUKUM , Budaya Social dan Mentalitas dan KEMATANGAN atau KEDEWASAAN Penduduk atau Bangsa2 yang bersangkutan..... ). 
>> Bagi para Analitik dan atau Pengamat POLITIK yang serious ( Analysa Socio-Politico-Ekonomika ) tentu  akan sangat jelas nampak dalam setiap Analisanya tentang SIKON KONKRET YANG AKAN MEMPENGARUHI PROCES PEMILU TERKAIT MASING2NYA -- YAITU ''  Bagaimana Pengaruh langsung dari Perbedaan BUDAYA KEHIDUPAN POLITIK dan MENTALITAS  masing2 BANGSA dan segala ASPEKTNYA  yang langsung bersangkutan dan yang bisa mempengaruhi PROSES dan PELAKSANAAN PEMILU TERKAIT di setiap Negara2 yang bersangkutan '' Terutama Pengaruh langsung dari Budaya POLITIK dan Mental Bangsa ( terutama pula tentang >  ''Cara2  Berkampanye'' - Kesadaran dan Behaviour  serta  Etika POLITIK dan BERPOLITIK, System Sponsoring,  Cara dan Sikap dan Pandangan Politik dan Level Pengetahuan Masyarakat Pemilih dalam Menentukan Pilihannya  serta  Cara hidup serta Cara Pandang Masyarakat atau Public Citizen  umumnya  ) akan banyak menunjukkan Kearah Mana dan Bagaimana Keberhasilan suatu PEMILU tsb akan tercapai atau Dicapai serta Diharapkan oleh Masyarakat Bangsa terkait, kemudian pula Budaya dan Kesadaran HUKUM dan System Hukum dan Peraturan2 Hukum yang berlaku - khususnya dalam rangka Persiapan dan Penyelenggaraan dan atau Pengaturan Proces Pelaksanaan PEMILU terkait serta  MENTAL  dan atau 
Sifat  dan Sikap Pandangan Mayoritas Pemilih umumnya ... yang akan atau bisa mempengaruhi Proces Pelaksanaan Pemilu , Keberesan, Keamanan dan Keberhasilan suatu PEMILU  dengan baik .... atau pun sebaliknya...]

4. MEDIA dan PENGARUH LUAR....
INI adalah suatu FAKTOR yang pegang peranan khusus - yang  '' yang sekilas''  adalah sekedar Faktor Luar  yang  bisa mempengaruhi ( Positif maupun Negatif ) terhadap Proces dan atau jalannya serta Kelancaran dan Keberhasilannya Suatu PEMILU . Tetapi khusus bagi negara2 Berkembang. maka  Media pun adalah suatu Pegangan Informasi yang sangat menentukan dan atau mendominasi Sikap para Pemilih ( terutama bagi Mayoritas Pemilih dari misalnya Tidak sanggup membentuk Opininya sendiri dan sangat tergantung pada APA YANG DISUARAKAN MEDIA dan atau tergantung pada para Policymakers dan atau pada Tokoh2 Masyarakat yang dianggap sebagai Pemimpinnya ( contoh: Misalnya Tokoh2 Agama > Praa Ustadz, Ulama dan para Kyiayi,dll ) , atau bahkan sampai  terpengaruh oleh  atau termakan oleh sementara Tokoh2 dan Kampanye2  Separitisme, Radikalisme, Anarchisme dan Extremisme  )
Dipihak  lain adanya  Pengaruh dan bahkan CAMPUR TANGAN LUAR ( Sponsor Keuangan, Politik bahkan sampai yang terburuk...''POLITIK Divide  et Impera  )  ... yang faktanya tak jarang  bisa mempengaruhi SIKAP TERJANG dan SIKAP POLITIK  serta Kampanye2  Hitam Politik dari sementara TOKOH2 POLITIK serta TOKOH2 MASYARAKAT atau ORMAS tertentu didalam negeri..... yang pada buntut akhirnya bisa mempengaruhi Sikap dan Keputusan sementara kalangan atau Golongan Pemilih tertentu yang bisa dijadikan DASAR dan BASIS Massa Pemilih bagi  sementara  Tokoh Politik tertentu yang GIGIH melakukan Strategy Politiknya melalui apa yang dikenal dengan MONEY POLITIC - POLITIK IDENTITAS  - dan jika kedua Cara Politik yang AMATIRAN ini gagal .... maka tanpa sedikitpun Rasa Tanggung jawab Moral dan Tanpa sedikitpun Rasa Patriotisme serta Rasa Prestige dan Sportif .... sebagai TOKOH POLITIK yang Serious dan Profesional ...... , maka Tak segan2nya demi Haus Kekuasaan dan Hedonisme Kekuasaan  untuk melaksanakan
TRUF STRATEGI POLITIKNYA yang  ketiga dan terakhir (Ketimbang harus menanggung Kekalahan dan Kegagalan  untuk Kedua Kalinya )....... YAITU melalui  '' POLITIK SEPARATISME ''  .... sebagai suatu  cara COUP d'etat terhadap KEKUASAN POLITIK yang SYAH dan CALON PRESIDEN dan atau terhadap KABINET TERPILIH SELANJUTNYA......

Sebagai Penutup 
..  dan kitapun sebagai Masyarakat Pemilih yang jujur dan terbuka serta Sehat  Hati dan Pikirannya akan sangat Prihatin terhadap Usaha dan Energi KPU dan Stafnya serta terutama pula para Anggouta atau Petugas Lapangan Pos2 dan LTS 
yang telah bekerjan keras sekuat tenaga dngan Kesadaran dan Tnggung jawab yang besar demi melakasakan Tugasnya 
yang berat dan seluruh hari dan malam demi untuk MELAKSANAKAN PEMILU sebagai TUGAS NASIONAL  sebaik mungkin dan Merka yang dngan Prihatis bekerja keras sampai mengorbankan kesehatan pribadinya masing2 sehingga akhirnya Meninggal dan GUGUR dalam Tugas sebagai PARA PATRIOTIK BANGSA yang tak dikenal....
R.I.P bagi para Petugas Lapangan PEMILU 2019 - PATRIOTIK dan PAHLAWAN TANPA NAMA in Memoriam.

On Mon, 29 Apr 2019 at 09:20, Sunny ambon ilmesengero@gmail.com [nasional-list] <nasional-list@yahoogroups.com> wrote:
 


Menjadi Petugas KPPS Pemilu Serentak Itu Berat, Cukup Sekali Saja

Ilustrasi Surat Suara Foto: Antara/Darwin Fatir

Waktu menunjukkan pukul 06.30 ketika saya dan rekan-rekan petugas KPPS sudah berkumpul di TPS 49 untuk melakukan hajatan nasional terbesar, yaitu pemilu serentak 2019. 17 April 2019, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Rasanya hampir semua orang menantikan datangnya hari itu. Mulai dari rakyat jelata sampai elite-elite politik yang mendaftarkan diri menjadi caleg dan capres.

Setelah semua siap, sebelum dimulainya acara kami bersumpah di hadapan para hadirin dan saksi bahwa kami akan menjalankan tugas dengan benar, sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Di antara kami, tidak ada niat untuk berbuat curang. Kami saling mengingatkan dan menegur jika ada sesuatu hal di luar kewajaran.

Saya bertugas sebagai KPPS 5. Tugasnya seperti pagar bagus kalau ada hajatan. Menyambut tamu dan check list apakah yang mendaftar namanya sudah ada dalam DPT. Jika ada, bisa langsung menunggu untuk dipanggil giliran mencoblos. Jika tidak ada di daftar namun mereka merupakan warga setempat, silakan menunggu sampai pukul 12.00 untuk menunggu giliran mencoblos sesuai dengan peraturan.

Mulai dari pukul 08.00 ketika TPS dibuka, masyarakat sangat antusias berdatangan. Sampai pukul 10.30, pendaftar datang tanpa jeda. Bahkan, di antaranya ada yang rela berdiri sambil menunggu panggilan. Kami mencatat dari 234 DPT, yang hadir ke TPS mencapai 207 orang. Jadi, sekitar 88 persen menggunakan hak pilihnya. Luar biasa.

Akhirnya, pukul 13.00 pendaftaran kami tutup. Tahap pertama sudah selesai. Kami istirahat terlebih dahulu sambil menyantap makan siang nasi padang, yang disumbangkan oleh warga. Sebenarnya, panitia juga sudah menyiapkan makan siang, namun rasanya nasi padang ini kok lebih nendang, ya. Satu bungkus habis semua sampai nangka-nangkanya.

Setelah istirahat, kami mulai penghitungan suara, dimulai dari calon presiden-wakil presiden. Saya memilih untuk check list di papan form C-1. Kurang lebih satu jam selesai. Lalu, dilanjut dengan calon DPR RI. Ini penghitungannya agak ribet. 20 partai harus ditempelkan di dinding, dan kita harus jeli memperhatikan nama caleg setiap partai.

Saya sampai hafal urutan-urutan nomor partainya. Pukul 16.00 penghitungan ini selesai. Sebelum magrib kami targetkan selesai satu penghitungan lagi, yaitu DPD RI. Ini simpel, namun agak ribet ketika menempatkan surat suara setiap nama, karena harus ada penempatannya. Alhamdulillah menjelang magrib 3 jenis surat suara sudah selesai.

Kalau kerja kantoran, seharusnya kita sudah selesai. Namun karena masih ada 2 surat suara lagi, terpaksa kita harus lembur. Kita putuskan istirahat agak panjang dari magrib sampai isya. Mandi, kemudian lanjut makan malam. Pukul 19.30, penghitungan DPRD Provinsi dimulai.

Belum setengah jalan, tiba-tiba mati listrik. Ya Tuhan, PLN kok enggak antisipasi dengan adanya acara penting ini. Untuk kita punya genset, hingga akhirnya bisa melakukan penghitungan lagi setelah jeda 30 menit karena menyiapkan genset. Target selesai jadi meleset hingga pukul 22.30.

Saat itu, kondisinya, tenaga sudah benar-benar terkuras. Mata sudah lelah. Kopi rasanya sudah tidak mempan. Konsentrasi juga sudah mulai buyar. Bukan hanya petugas, para saksi pun sudah mulai kepayahan. Kami mulai bergantian untuk beristirahat. Saya sempatkan tidur 10 menit. Biasanya, badan akan kembali bugar asal sempat tidur sejenak.

Penghitungan DPRD Kota dimulai pukul 23.00. Rumitnya hampir sama. Selesai dalam waktu 1,5 jam. Hari sudah berganti menjadi 18 April 2019. Sudah ramai orang membicarakan hasil quick count. Namun kami tidak peduli. Terus melakukan rekap berbagai formulir dan puluhan tanda tangan yang harus kami bubuhi.

Tepat pukul 02.00 seluruh rekapitulasi sudah selesai. Semua berkas sudah kembali masuk ke kotaknya masing-masing dan kami kunci kembali. Semua sudah kembali tersegel. Tugas terakhir adalah mengantarkan kembali kotak-kotak suara itu ke kelurahan. Saya sendiri yang mengambil kemudi, ditemani ketua KPPS dan petugas keamanan.

Ternyata, dari seluruh TPS di Kelurahan Bubulak, kami urutan ketiga yang datang ke kelurahan. Bisa dibayangkan jam berapa mereka setor. Saya mendengar ada yang sampai subuh baru selesai.

Ini adalah ketiga kalinya saya menjadi petugas KPPS. Sebelumnya, pernah menjadi petugas di tahun 2014 saat pilpres dan 2018 saat pilgub dan wali kota. Bukannya hobi ya, tapi jika menyangkut tugas negara, rasanya berat untuk menolak. Bukankah dulu doa orang tua yang diucapkan adalah semoga menjadi anak yang saleh dan berbakti pada orang tua, negara, dan agama.

Meski sudah ketiga kalinya, menjadi petugas KPPS kali ini merupakan yang terberat dibanding sebelumnya. Bayangkan, yang biasanya menghitung 1-2 surat suara, sekarang menjadi 5 surat suara. Bekerja nonsetop dari pukul 6.30 sampai dini hari.

Saya juga merasakan apa yang dialami oleh rekan-rekan KPPS lain. Di antaranya banyak yang sakit bahkan banyak juga yang meninggal dunia, sampai ratusan orang. Hal ini disebabkan oleh beban kerja dan tanggung jawab yang begitu berat. Kita tidak bisa tiba-tiba pulang karena lelah, lalu meninggalkan TPS begitu saja. Tidak bisa, karena harus diselesaikan sampai tuntas.

Rasanya cukup sekali ini saja penyelenggaraan pemilu serentak seperti ini. Perlu evaluasi yang mendalam untuk penyelenggaraan ke depan. Termasuk melakukan e-vote yang lebih simpel dan praktis.

Nantinya mungkin bisa dibagi menjadi pilpres, pemilihan DPR-RI, dan pemilihan DPD. Dua tahun berselang gantian menjadi pilgub, pilwalkot, pilbup, serta pemilihan DPRD Provinsi dan daerah. Yang seperti itu menurut saya akan lebih ideal.

Dan satu lagi yang ingin saya tekankan. Gema kecurangan pemilu begitu santer didengungkan.

Padahal, setiap TPS itu ada petugasnya, ada saksi, ada polisi juga, tapi kok begitu santer diberitakan. Mungkin ada beberapa TPS yang melakukannya, tapi menurut saya pribadi itu hanya segelintir saja dan tidak berpengaruh pada hasil akhir.

Itu pun bisa dilakukan coblos ulang. Beberapa daerah sudah melakukannya. Sebaiknya saat ini kita menahan diri. Boleh tidak percaya dengan hasil quick count. Namun, mari kita tunggu hasil penghitungan manual dari KPU, yang akan diumumkan tanggal 22 Mei 2019. Itu penghitungan manual ya, bukan hasil real count dari website KPU. Jadi benar-benar penghitungan satu per satu yang jauh dari hacker yang bisa disusupi secara online.


__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

Have you tried the highest rated email app?
With 4.5 stars in iTunes, the Yahoo Mail app is the highest rated email app on the market. What are you waiting for? Now you can access all your inboxes (Gmail, Outlook, AOL and more) in one place. Never delete an email again with 1000GB of free cloud storage.


SPONSORED LINKS
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar