Minggu, 19 Mei 2019

[Media_Nusantara] AKU GAK PERNAH NGERTI ANTUM

 

AKU GAK PERNAH NGERTI ANTUM

Aku muslim seperti antum, imam di sebuah masjid kecil, salat berusaha berjamaah. Nyaman dan damai. Bagaimana aku harus mengiyakan antum yg berteriak, "Rezim sekarang anti Islam, doyan kriminalisasi ulama!" sementara kiayi dan guru-guruku bebas mengajar, bahkan rizki yang aku makan dari negara sebagai guru kitab Jurumiah yg dimodif sesuai kurikulum sekarang?

Aku guru ngaji, suka menulis, buku yang dibeli hak ciptanya oleh Pusat Kurikulum dengan harga lumayan tinggi judulnya Mengenal Dasar Ekonomi Syariah. Bagaimana aku mengiyakan antum yang berteriak, "Kurikulum di kita kurikulum thagut dan berporos ke Peking!"

Aku suka bengong ketika kalian berteriak, "Indonesia sedang darurat komunis. Rezim kita banyak disusupi orang PKI, Indonesia mau dijual ke China!" Bagaimana aku mengiyakan teriakan antum dan dipaksa aku merasakan kegentingan ketika aku tak merasakan ketakutan apapun di kampungku yang damai. Jika pun komunis ada, keberadaan mereka itu laksana seekor nyamuk. Cenel. Kenapa kalian sikapinya sebegitu riweuh dan dibikin seolah genting mencekam? Tak perlu antum siapkan meriam untuk melenyapkan seekor nyamuk?
Aku pernah ke China, bahkan memberi pengajian di sebuah taman di Nanjing untuk mahasiswa Indonesia. Murid-muridku banyak yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah sana, termasuk istriku. Kata siapa mereka dikekang menjalankan ibadah? Kenapa kalian hanya berteriak jelang pilpres tentang jutaan tenaga asing asal China yang padahal puluhan ribu dibanding ratusan ribu mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa pemerintah China? Mereka belajar sains dan bisnis. Bukan belajar komunis.

Saudaraku, sesakali keluarlah dari liqa dan halaqahmu. Aku kasihan antum menikmati Islam sebagai agama yang kaku, keras dan panas. Menatap diri sebagai yang paling benar dan menatap saudara tak sepaham denganmu sebagai orang sesat dan ahli bid'ah. Sesekali duduklah bersamaku, menikmati mekarnya bunga Wijayakusuma di pelataran masjid. Antum akan merasakan luwesnya Islam di kampungku, di sekitar kita. Dan kamu akan mengerti, kenapa aku tak pernah bisa mengiyakan teriakanmu dan provokasimu.

Saudaraku, Pilpres telah usai. Rakyat telah memilih pemimpinnya. Provokasimu ternyata tak berhasil. Pilpres itu berebut kuasa. Politik! Kenapa harus dilumuri oleh identitas agama, sih? Kecurangan terstruktur, sistematis, masif. 5 tahun lalu kata-kata itu memekakkan telinga. Cukup, jangan dipekiki takbir untuk menyampaikan tudingan kecurangan. 


Munawar Abdurrohim


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

Have you tried the highest rated email app?
With 4.5 stars in iTunes, the Yahoo Mail app is the highest rated email app on the market. What are you waiting for? Now you can access all your inboxes (Gmail, Outlook, AOL and more) in one place. Never delete an email again with 1000GB of free cloud storage.


SPONSORED LINKS
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar