Kamis, 23 Mei 2019

[Media_Nusantara] Re: [nasional-list] Ketika Hatta Menolak Papua

 


  ....

Topic: Ketika Hatta Menolak Papua....
 Hatta Menolak Papua... karena Takut untuk dituduh sebagai ''IMPERIALIS'' atau cenderung terpengaruh dan Tidak Kuat menghadapi Tekanan  Psikologi Politik dan Tekanan Diplomasi Negara Besar (Barat) ...... 
Tetapi dari Pernyataan bung Hatta di bawah ini - Nampaknya KETAKTUAN DAN KEKHAWATIRAN YANG BERLEBIHAN DAN TAK MENDASAR dari seorang POLITIK KAWAKAN  seperti Drs.Hatta. 
>Lalu APA yang MENJADI DASAR ARGUMEN seorang HATTA  dalam kecenderungan Opininya  untuk lebih baik mempertimbangkan  Papua Barat menjadi Bagian Malaya dan Borneo Utara itu  ?? 
>  Apakah nanti jika Malaya dan Borneo memasukkan Papua Barat Tidak akan dicap sebagai IMPERIALIS ....? ( Whahhaahha.... Kenapa justru Indonesia (Hatta) begitu Takut dan khawatirnya jika Indonesia sampai dicap Imperialis ...? 
> LALU Bagaimana Kedudukan Pem.Kerajaan Belanda yg sejak  saat itu (sejak thn 1602 melalui Misi Dagangnya  > V.O.C)  sudah sejak saat itu  merupakan Negara KOLONIALIS, yang berhasil menguasai Kepulauan Nusantara Indonesia termasuk Papua Barat sebagai Negara Jajahan Belanda ? Apakah juga (kecuali sebagai Negara Kolonialis ) Mereka tidak harus Ketakutan  ( seperti Bung Hatta ) untuk  disebut ''NEGARA IMPERIALIS ''  
> Yang jelas itu semua adalah STRATEGI POLITIK INGGRIS JANGKA PANJANG  (+- 5O s/d 1OO thn Kedepan !!) . Nyatanya bahwa Malaysia dan Borneo Utara ( Serawak,Berunai )
dicaplok Malayasia di sekitar thn 6O' han sebagai bagian dari Federasi Kerajaan Malaysia Raya  -  dimana jelas se-jelas2- nya bahwa sejak tgl 15 Agustus 1945 ( Hari kemerdekaan Malaysia yang dihadiahkan Kerajaan Inggris Raya ) Federasi Kerjaan Malaysia resmi tergabung dalam '' THE BRITISH OVERSEAS COMMONWEALTH ''   ..... dan nampaknya Jauh didalam Lubuk Hati Bung HATTA pun terkilas (atau sempat di belakang layar ) di-iming2 oleh Pihak Inggris agar Irian Barat lebih baik diserahkan kpd Malaysia shinnga Indonesia tidak harus menanggung Dosa untuk  ''di cap Dunia sbg Agresor dan Imperialis'' 
NOTE: Jika sampai demikian  Faktanya maka / Tak disangka dan tak dikira , bhw BEGITU KERDILNYA sikap BUNG HATTA dalam memperjuangkan KEDAULATAN R.I umumnya dan Maslah Irian/Papua Barat khususnya di muka KONFERENSI MEJA BUNDAR di PBB , dimana untuk kesekian kalinya Pem.Kolonial Belanda selalu mengundur-undur dan mengulur-ulur  Janjinya  untuk melakukan SERAH -TERIMA IRIAN BARAT dalam KEDAULATAN PEM.R.I dimuka sidang Konferensi Meja Bundar PBB yang berlangsung secara berturut-turut 
di sekitar tahun 1955 DAN selanjutnya, dimana setelah Proces yang lama dan berliku-liku dan  dengan Tekanan dan Intrik Politik pihak Inggris dan sekutunya dan dengan melalui  Perluasan Kekuasaan Kerajaan Malaysia atas Borneo Utara (Serawak+Berunai)  sebagai Intrik dan Maneuver Politik dan Diplomasi Global Inggris dan Perluasan hegemonie Kekuasaan ''Imperialis''  UK di kawasan Pasifik ..... maka akhirnya Pres.Soekarno dan Menteri  LN R.I. - Mohammad Ali saat itu,  sudah tak sabar lagi untuk mengikuti Perundingan
 '' CARA DAMAI'' Meja Bundar di PBB  dan sudah jenuh  menghadapi SANDIWARA POLITIK dan SANDIWARA DIPLOMACY PIHAK INGGRIS,BELANDA dan sekutunya di sidang  KEAMANAN PBB tentang Papua Barat yang sengaja dibuat ber-tele2 (Juga akibat Sikap bung Hatta di-persidangan  PBB yang ketakutan disebut sebagai Imperialis...), Maka akhirnya Bung Karno membuat Keputusan Politik > Merebut kembali Irian Barat dengan kekerasan dari tangan Belanda ( seperti juga Para Penjajah Dunia yang se-enaknya  sendiri dan Tanpa Alasan dengan kekerasan Menjajah Banyak Negara di banyak bagian Dunia yang Penduduknya pun sama-sekali bukan Etnis Mereka sama sekali  serta dari Budaya  yang juga beralaian dan tidak serupa dengan Budaya Mereka ...dan lebih2 merupakan Kawasan yang dari segi Geografis sangat Jauh atau sangat berjauhan letaknya dari Asal dan Batas Negara merka sendiri....  LALU timbul lah sebuah Pertanyaan yang sebaliknya  - dalam benak kita semua dan Kitapun Kembalikan Argument t kita pada Mereka   : '' Jiak demikian APA PULA  HAK MEREKA untuk MENDUDUKI DAN MEJAJAH DAERAH2 dan atau NEGARA2 LAIN  didunia ini yang dari segi ETNIS, BUDAYA DAN GEOGRAFIS  - sama sekali berbeda dan TIDAK ADA HUBUNGANYA  dengan MEREKA   Berikut ini adalah Negara2 atau Kerajaan2 yang pernah merupakan  Para Kolonisator saat itu  - (Portugis, Spanyol , Perancis, Inggris, Belanda)  yang pernah menduduki,  menjajah dan Meng- ANEKSI dengan Paksa dan kekerasan  Negara2 dan atau daerah2 Afrika, Amerika Latin , Asia dan Pasifik,  yang juag sama sekali dan Tak pernah merupakan Bagian dari Kekuasan Negara2 tsb / baik dari segi ETNIS, BUDAYA , POLITIS, ADMINISTRATIF  atau bahkan dari segi GEOGRAFIS  pun ..( yang notabene sangat berjauhan satu sama lainnya .
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SELANJUTNYA adalah Masalah SIKAP DAN OPINI POLITIK dari setiap MEREKA yang merasa sebagai atau menjadi tokoh2 POLITIK.....
Saya tutup Diskusi ini dengan sebuah  Motto :
'' THE WEAKNESS OF ATTITUDE will bring NOTHING , but THE WEAKNESS of CHARAKTER '' 

Selamat Malam dan Selamat SAUR kembali....


On Thu, 23 May 2019 at 06:12, Sunny ambon ilmesengero@gmail.com [nasional-list] <nasional-list@yahoogroups.com> wrote:
 


https://historia.id/politik/articles/ketika-hatta-menolak-papua-vqjeJ


Ketika Hatta Menolak Papua

Bung Hatta menolak Papua sebagai bagian Indonesia. Selain berbeda etnis, dia mengkhawatirkan Indonesia akan dicap negara imperialis.

Martin Sitompul

17 May 2019


Ketika Hatta Menolak Papua Mohammad Hatta saat diwawancarai oleh beberapa media asing. (Perpusnas RI).


BERBEDA dengan mayoritas anggota  BPUPKI yang menginginkan Indonesia merdeka meliputi seluruh negeri Hindia Belanda, Malaya, Borneo Utara, Timor Portugis, dan Papua, Hatta adalah kekecualian. Menurutnya Indonesia cukup meliputi negeri Hindia Belanda saja. Adapun Papua – yang di sebut-sebut kaya dan punya ikatan sejarah dengan Nusantara – tidaklah masuk dalam keluarga besar Republik Indonesia..

"Saya sendiri ingin mengatakan bahwa Papua sama sekali tidak saya pusingkan, bisa diserahkan kepada bangsa Papua sendiri. Bangsa Papua juga berhak menjadi bangsa merdeka," kata Hatta pada sidang BPUPKI 11 Juni 1945  yang tercatat dalam Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945—19 Agustus 1945.

Menurut Hatta memasukan Papua yang secara etnis berbeda dapat menimbulkan prasangka bagi dunia luar. Bertolak dari hukum internasional yang berlaku, tuntutan atas wilayah ini akan memberi kesan Indonesia memiliki nafsu imperialistis. Kecuali rakyat Papua sendiri yang menginginkan untuk bergabung, Hatta tidak menolak.  

"Jadi jikalau ini diterus-teruskan, mungkin kita tidak puas dengan Papua saja tetapi (kepulauan) Salomon masih juga kita minta dan begitu seterusnya sampai ketengah laut Pasifik. Apakah kita bisa mempertahankan daerah yang begitu luas?," tanya Hatta kepada hadirin sidang.

Baca juga: Debat Pendiri Bangsa Soal Papua

Hatta juga menentang pandangan Yamin yang bersikukuh mengatakan Papua bagian dari Indonesia sejak zaman kerajaan Nusantara. Yamin secara panjang lebar menguraikan pendapatnya soal Papua lewat analisis historis, politik, dan geopolitik. Bagi Hatta, semua itu omong kosong.

"Kalau sudah ada bukti, bukti bertumpuk-tumpuk yang mengatakan bahwa bangsa Papua sebangsa dengan kita dan bukti-bukti itu nyata betul-betul, barulah saya mau menerimanya. Tetapi buat sementara saya hanya mau mengakui, bahwa bangsa Papua adalah bangsa Melanesia, " kata Hatta.

Ketimbang Papua, Hatta lebih cenderung mempertimbangkan Malaya dan Borneo Utara. Pasalnya, rakyat di kedua wilayah  ini  - yang kini menjadi negeri Malaysia – sama-sama beretnis serumpun Melayu seperti halnya Indonesia. Oleh karena itu, Hatta mempertahankan usulannya agar wilayah Indonesia terdiri dari Hindia Belanda dan Malaya minus Papua.

Akhir kata dalam sidang, Hatta menghimbau rekan-rekannya di BPUPKI agar bersikap realistis dalam membangun bangsa dan negara. Ini menurut Hatta, penting sebagai teladan bagi generasi muda. Menghilangkan nafsu ekspansi ke luar dan mengubahnya untuk mempertahankan kedaulatan.

"Marilah kita mendidik pemuda kita, supaya semangat imperialisme meluap ke dalam, membereskan pekerjaan kita ke dalam, yang masih banyak harus diperkuat dan disempurnakan," pungkas Hatta.  

Baca juga: Duri dalam Daging Bernama Irian Barat

Sayangnya, gagasan Hatta harus kandas dalam pemungutan suara. Konsep kesatuan gagasan Yamin dan Sukarnolah yang diterima dengan perolehan suara terbanyak. Meski kalah dalam BPUPKI, Hatta tetap konsisten dalam pendapatnya soal Papua. Ini pun disampaikan Hatta kepada Menteri Luar Negeri Belanda, Dirk Stikker, dalam sebuah perundingan pada November 1948.

Sejarawan Belanda, Pieter Drooglever mencatat, Hatta mengulangi kepada Stikker pendiriannya yang bertahun-tahun silam sudah diutarakan dalam BPUPKI, yaitu bahwa ia tidak berminat terhadap Papua, karena tidak termasuk Indonesia. Bagi Stikker, pernyataan Hatta ini merupakan ucapan penting.

"Ia segera menarik kesimpulan dari situ, bahwa wilayah ini dapat direservasi untuk Belanda," tulis Drooglever dalam Tindakan Pilihan Bebas: Orang Papua dan Penentuan Nasib Sendiri.

Baca juga: Demi Pengakuan Kedaulatan

Sikap Hatta tidak berubah ketika memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Oktober 1949 di Den Haag, Belanda. Hatta tampak enggan beradu klaim menghadapi Menteri Urusan Negeri Hajahan Belanda, Henricus van Maarseven yang begitu menginginkan Papua. Hatta bersedia menangguhkan status kepemilikan wilayah itu dan membicarakannya lagi setahun kemudian.

Hatta kembali pulang ke Indonesia membawa oleh-oleh pengakuan kedaulatan. Namun Papua masih jauh dari genggaman Republik - sebagaimana yang dipesankan oleh Sukarno. "Dalam keadaan semacam itu, jalan sebaiknya ialah menunda penyelesaian. Orang yang berpendirian semuanya harus tercapai 100% sekaligus, tentu tidak puas dengan cara begitu. Tapi adakah jalan untuk mencapai tuntutan itu sekarang juga?," kata Hatta di depan Badan Pekerja KNIP, 25 November 1949 dikutip Soebandrio dalam Meluruskan Sejarah Irian Barat.

Menurut Mavis Rose dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta, Hatta tahu mengapa Belanda ngotot mempertahankan kekuasaannya di Papua. Alih-alih meneruskan tuntutan, Hatta lebih memilih untuk menyelesaikan perundingan lewat kompromi. Misi pengakuan kedaulatan menjadi yang terpenting sedangkan masalah Irian Barat dapat diselesaikan di kemudian hari.

Bagi Hatta, revolusi telah selesai dengan memperoleh kedaulatan politik meski tanpa Papua. Seiring dengan itu, tibalah saatnya membangun negara. Namun tidak demikian halnya dengan kaum Republiken lain yang mendambakan kekuasaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kendati sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia, siapa nyana soal Papua malah menjadi batu sandung Indonesia dalam pergaulan internasional hingga kini. 

Baca juga: Bersama Indonesia atau Mati


Bez virů. www.avast.com

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

SPONSORED LINKS
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar